Home  »  Edukasi   »   Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Menentukan Struktur Lakon Adalah

Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Menentukan Struktur Lakon Adalah

By | 15 Agustus 2022

Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Menentukan Struktur Lakon Adalah.

Lakon, teks cerita, wacana ceramah, dan karya tulis lainnya boleh disebut sebagai naskah. Lakon termasuk salah satu tulisan tangan karena medianya yaitu kata-kata. Namun tidak semua naskah disebut lakon teater ataupun drama, karena di dalam lakon teater mengandung unsur konflik dan dialog.

Konflik adalah narasi yang dibangun melangkaui adanya perbangkangan rukyat tokoh, antartokoh ataupun zarah lain nan menghambat itikad baik pecah peran utama sebagai ciri dari lakon teater ataupun drama. Tentatif itu dialog atau monolog yakni media penyampaian yang digunakan oleh suatu lakon, bukan narasi maupun cerita sebagaimana cerpen. Mengapa? Karena lakon akan dipentaskan oleh pemerannya, lain untuk dibaca.

Kedudukan lakon di n domestik atraksi seni teater menjadi unsur yang amat berguna. Lakon teater atau tulisan tangan lakon disebut-sebut misal nafas jiwa di atas pentas melalui keutuhan unsur lakon diungkap sang produsen melangkahi berbagai wahana seni yang menutupi introduksi-kata, rupa, bunyi, gerak dan totalitas tubuh manusia.

Lakon, kisah ataupun narasi di tangan si kreator, ialah pemeran, sutradara (perancam seni teater, drama) merupakan bahan stereotip yang perlu diolah secara seksama. Proses pengolahan tersebut disebut dengan proses berlimpah, yakni proses menginterpretasi teks tulisan menjadi konteks atraksi melampaui perwujudan seni teater atau sandiwara boneka.

Naskah lakon dalam suatu pementasan teater juga memiliki fungsi atau manfaat kerjakan membagi kemudahan bagi sang penggarap agar pengelolaan teater lebih efektif dan efisien dalam menentukan ancang-langkah menyiapkan materi seni, produksi dan publikasi pementasan sesuai dengan intensi yang hendak dicapai kepada khalayak atau penonton.

Oleh karena itu, tak bisa diindahkan lagi bahwa naskah lakon adalah hal penting yang menjadi salah satu adegan vital dari suatu pementasan teater maupun drama. Hal tersebut juga membuat penyusunan lakon menjadi pekerjaan yang tidak mudah.

Menyusun tulisan tangan lakon juga tetapi boleh dilakukan apabila kita punya daya imajinasi dan kreativitas tinggi serta membiasakan diri bagi sparing dan terus menggerinda diri intern situasi dunia kepengarangan. Selain itu, dibutuhkan kembali bermacam-macam wara-wara, teknik, dan bermacam rencana kerja yang harus diketahui dan dilatih moga kita produktif menyusun naskah lakon dengan baik. Berikut ini akan disajikan berbagai literatur yang dapat kita manfaatkan semoga kita berharta menjadi penulis naskah lakon yang baik.

Pengertian Lakon

Dalam bahasa Sunda lakon disebut sebagai boga lakon, ngalakon, atau yang artinya pemeran terdahulu maupun yang bersuluk peran suatu cerita. Sementara itu kerumahtanggaan bahasa Jawa, lakon formal disebut misal lelakon yang artinya masih dalam tempat makna serupa, merupakan memerankan otak narasi dengan berbicara-pembukaan (lisan) atau tanpa berbicara-alas kata (non lisan) di atas pentas.

Maka itu karena itu, bukan mengherankan rasanya jika takhta lakon dalam pementasan teater merupakan sukma, nafas maupun ruh dalam menjalin hubungan atau membangun perpautan (struktur) cerita menerobos penokohan atau peran nan dibawakan seorang atau makin pemeran.

Pengertian lakon dalam pemetasan teater adalah hasil karya kolektif masyarakat, artis dan ataupun sastrawan yang diwujudkan dalam rangka naskah lakon dengan cara ditulis atau bukan tertulis/leluri (Tim Kemdikbud, 2018, hlm.                 189). Tentatif itu, lakon di netra seniman atau kreator seni teater ialah bahan baku atau sendang ide, gagasan dalam menyodorkan pesan estetis (bentuk/wujud pementasan) dan pesan moral (makna hayat) melalui kreativitas atraksi seni teater.

Dapat disimpulkan bahwa pengertian lakon yaitu suatu cerita atau kisah nan diwujudkan kerumahtanggaan suatu tulisan tangan untuk diperankan oleh pemerannya dengan pamrih buat menjadi gagasan terdepan ataupun cerita yang dibawakan dalam satu pementasan teater.

Lakon Tradisional & Non Tradisional

Semata-mata demikian, lakon juga dapat dipandang berbeda intern satu tontonan teater tertentu. Misalnya, n domestik pementasan teater tradisional (teater rakyat dan teater istana) di Indonesia, lakon mempunyai ciri tidak menggunakan skenario tertera bertabiat konvensional sebagaimana lakon puas teater non tradisional.

Lakon dalam tontonan teater juga yakni pelengkap pokok dari keseluruhan bentuk penyajian keseniannya. Menurut Hamid (1976, hlm. 31) Lakon ataupun cerita intern teater tradisional biasanya tidak mempunyai naskah tertera, dan dialog dilakukan secara berkembang (mekar) maupun secara spontan. Terkadang jalan cerita lakon berkembang dalam pementasannya sendiri. Artinya tanpa penaskahan, hanya alur dan khuluk tokoh lakon yang ditentukan lebih lampau kepada para pemainnya.

Oleh karena itu, lakon enggak hanya berarti suatu naskah cerita saja, teksnya yakni yang utama, sementara perwujudannya bisa jadi dilakukan secara turun-temurun dengan perkembangan verbal, sebagai halnya pada majemuk lakon teater tradisional.

Topik Lakon / Tema Lakon Tradisional

Menurut Sembung, (1992, hlm. 26) umumnya cerita-cerita lakon tradisional berasal pecah cerita-cerita rakyat nan berbau sejarah. Sebagai manifestasi semangat mereka sehari-musim. Temanya berkisar pada spirit flat janjang, kriminalitas, kekejaman, dan kemalangan, serta kelakuan-polah yang tidak dapat masin lidah makanya masyarakat.

Baca juga:   Terangkan Tentang Kehidupan Manusia Di Indonesia Dari Masa Ke Masa

Contohnya, premis lakon yang biasa terletak pada lakon tradisional cerita Topeng Banjet adalah:

  1. Kegegabahan dalam bertindak akan menimbulkan penderitaan.
  2. Yang jahat akhirnya menangkap basah nasib yang mengenaskan.

Provisional itu, topik kriminalitas adalah kisah tentang Sang Ridon, koteng jagoan yang suka memamerkan kejawaraannya dan suka memeras orang lain, cuma akibatnya beliau terbunuh karena ulahnya sendiri menerobos tangan teman seperguruannya nan bernama Camang.

Dengan demikian, narasi-narasi teater rakyat boleh digolongkan pada narasi melodramatik (sungguh-sungguh dan mendalam) ataupun cerita absurd (lucu), situasi-peristiwanya disusun untuk menghasilkan premis yang bertujuan menyalakan pemahaman ide alias kesopansantunan nan boleh dipakai baik dalam rumah tangga, alias internal umur bermasyarakat secara baik.

Naskah lakon lega teater tradisional juga dapat dituangkan kerumahtanggaan bagan bedrip atau bagal cerita alias lakon bersifat garis raksasa bersumber adegan lakon yang akan di pentaskan. Lakon bersumber dari kisah-kisah roman, cerita 1001 malam (desik), kisah gambaran usia sehari-hari, sejarah, legenda, babad, epos, dst. nan mengakar, tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat pemiliknya.

Sumber-sumber narasi maupun skrip lakon dapat diperoleh melewati:

  1. Cerita-narasi fiksi, kisahan album, cerita–narasi daerah Nusantara atau cerita daerah setempat kian khususnya,
  2. Folklore manjapada, nan halal menjadi sumber lakon teater remaja karena sarat poin pendidikan terdapat sreg; narasi 1001 malam (Lampu Aladin, Ratu Balqis, Sang Penyamun, dst..),

Legenda (Sangkuriang, Sangmanarah, Lutungkasarung, Si Pahit Lidah, Rayuan Menangis dst..),

  1. Sejarah
    (Sultan Borosngora, Emir Gesan Ulun, Syah Kornel, Wali Songo, dst.),
  2. Babad
    ( Babad Tanah Jawa, Babad Persil Sunda, Babad Kacirebonan, Babad Tanah Leluhur,dst.),
  3. Hikayat
    (Aji-raja,Kasultan, Panji Semirang. Calanarang, Umar Amir, dst.), dan Wiracerita (Mahabarata dan Ramayana).

Konflik puas Lakon

Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa ciri terdahulu berasal lakon atau teks narasi tidak adalah mempunyai konflik. Dapat dikatakan bahwa konflik merupakan inti berpangkal suatu kisah maupun lakon. Situasi tersebut karena dengan adanya konflik berupa perdurhakaan nan dialami pelaku, anak bangsawan atau biang keladi di dalam lakon, maka cerita akan mengalir dan mampu berkembang dan menjadi menarik untuk diikuti.

Konflik cerita dalam lakon dapat dibangun dengan terjadinya pertentangan tokoh penting (protagonis) dan inisiator pasangan (antagonis) ataupun dapat terjadinya pemrakarsa penting dengan dirinya koteng (intern conflict), seperti mana memilih keyakinan alias kejiwaan yang dihadapi.

Konflik cerita pula bisa terjadi apabila dalang utama mengalami tangkisan dengan lingkungan (extern conflict), merupakan mengubah suatu resan atau masyarakat adat yang dapat menimbulkan bencana alam, wabah, sebagai halnya penyakit, banjir, dan bencana lain nan ditimbulkan akibat pengaruh alam dan mileu masyarakat.

Secara umum, konflik cerita dapat dibangun dengan menghadirkan sejumlah pola, diantaranya ;

  1. cermin perubahan,
  2. pola kejayaan dan keruntuhan,
  3. eksemplar kekalahan dan kemenangan,
  4. eksemplar penderitaan dan kebahagian,
  5. acuan penindasan dan kemerdekaan dan lainnya yang dialami tokoh penting intern menggulirkan kisah atau cerita yang berujung apakah happy ending alias tragis kematian.

Konflik narasi juga dapat sekali lagi dibangun dengan menghadirkan tiga unsur penting, ialah :

  1. Poima (itikad aditokoh),
  2. Mathema (adanya hambatan pelopor lain alias sumber tak), dan
  3. Pathema (dampak atau hasil kemenangan maupun tragis).

Ciri Lakon nan Baik

Tinggal bagaimana caranya agar kita mampu memilih, menciptakan, hingga menggunakan lakon nan baik agar pementasan teater yang kita bawakan berhasil? Menurut Tim Kemdikbud (2018, hlm. 192)Lakon nan baik, tidak abolisi bersumber sejumlah pertimbangan, adalah;

  1. kejelian mengidas lakon sesuai usia dan perkembangan peserta jaga,
  2. n kepunyaan anak kunci tarik tematik,
  3. memiliki waktu nan cukup kerumahtanggaan penyiapan materi pementasan,
  4. lakon yang dibawakan menjadi wahana dan wahana pendidikan dalam berbagi camar duka dengan positif dan bersama.

Jenis dan Bentuk Lakon

Pada beberapa pemaparan sebelumnya, dapat diketahui bahwa lakon memiliki keberagaman dan bentuk yang berbeda-selisih. Berikut adalah pemaparan tentang jenis dan bentuk lakon menurut Tim Kemdikbud (2018, hlm. 195-196).

Varietas Lakon

Lakon dibangun oleh peristiwa di kerumahtanggaan adegan. Penggalan adalah bagian berbunga babak yang ditandai dengan keluar masuknya biang kerok, perupaan atau musik di dalam seni tontonan. Dengan demikian dalam satu babak bisa terjadi lebih dari suatu adegan. Babak itu sendiri yaitu susunan berpangkal bilang babak yang ditandai dengan terjadinya pergantian setting (tempat, waktu dan keadaan peristiwa) dalam sebuah hal kejadian.

Berdasarkan kuantitas babak, lakon boleh dibedakan menjadi dua jenis yakni :

  1. Lakon pendek, merupakan lakon yang terdiri dari satu babak dengan beberapa peristiwa adegan di dalamnya sehingga hanya membutuhkan durasi sekitar 45 – 60 menit.
  2. Lakon panjang, yaitu lakon nan dipentaskan mencecah tiga sebatas panca episode dengan beberapa adegan di dalamnya dan memakan durasi 90 – 120 menit.
Baca juga:   Serangan Pencak Silat Yang Menggunakan Kaki Umumnya Disebut

Bentuk Lakon

Bentuk-tulang beragangan lakon di intern seni teater dan seni drama pada dasarnya sama, yaitu lakon; tragedi, komedi, tragedi komedi dan melodrama. Berikut yakni penjelasan dari masing-masing bentuk lakon.

  1. Lakon tragedi, biasanya mengandung elemen memori perjuangan, memiliki eksemplar penceritaan kejayaan dan keruntuhan dan ciri-ciri bukan bahwa peran utama mengalami musik tragis; poima (itikad peran terdepan), mathema (peran utama mengalami hambatan), pathema (klimaks peran terdahulu) berujung tragis, yakni mengalami kecacatan (tubuh – psikis) atau kematian. Beberapa contoh gambar lakon tragedi; Sang Ridon Jago Karawang, Muda busung Kuning, Tragedi Marsinah, Tragedi Jaket Kuning, Bandung Samudra Api,dan lain-tidak.
  2. Bentuk lakon komedi, biasanya pola penceritaaan diulang-ulang, menjadi alamat tertawaan, menyenangkan bani adam tak, penuh dengan satir (sindiransindiran) dan berujung peran utama mengalami kebahagian atau tragis akibat perbuatan dirinya koteng. Contohnya; Si Kabayan, Karnadi Pangkalan Bangkong, Warkop Dono Indro Kasino, dan lain-lain.
  3. Lega
    Lakon tragedi kelucuan, peran utama akan mengalami ataupun menjadi bahan tertawaan bani adam tidak berujung dengan tragis atau mengalami penderitaan atau kematian. Contohnya lakon; Si Pitung Jago Betawi, Samson Betawi, Mat Peci, Robin Hood, dan lain-bukan.
  4. Lakon melodrama, biasanya mengangkat tema-tema tanggungan, percintaan ataupun kisah-kisah dua sejoli yang berjuang dalam memadu kasih, berujung dengan kebahagian ataupun happy ending. Contohnya; Romi dan Juli, Gita Kerap dari SMA, Si Doel Anak Sekolahan, dan enggak-lain.

Ciri-Ciri Lakon Teater Rakyat dan Teater Istana

Temporer itu, pada lakon teater tradisional dikenal istilah lakon teater rakyat dan teater kastil. Ciri-ciri lakon teater rakyat dan teater kastil koteng ialah sebagai berikut.

Ciri Lakon Teater Rakyat

  1. Tak ada naskah baku, lakon disampaikan dalam tulangtulangan bagal, bedrip maupun garis lautan kisahan saja berusul cerita distrik setempat,
  2. Lakon makin mengutamakan isi seni (angka wanti-wanti) dan mengusung fungsi terkait hiburan dari pada menyorongkan keindahan bentuk seni (estetis). Maka dari itu karena bukan heran bahwa tren lakon kerumahtanggaan pementasan teater tradisional rakyat unsur-unsur seni di dalamnya bersifat tidak baku tergantung permintaan yang mempunyai hajat.
  3. Lakon ibarat anasir cerita, bersumber dari kisahan-narasi paras dan drama arwah dengan topik kriminal, sejarah, dan kisah yang tidak formal dalam jiwa.
  4. Bentuk lakon menuju berwatak kejenakaan dan melodrama. Adalah, lakon yang diangkat bertambah mengutamakan unsur hiburan berbarengan menerimakan paparan wanti-wanti lakon nan bersifat primitif sesuai aturan hidup masyarakat pendukungnya.
  5. Anasir-unsur lakon di dalamnya cenderung bersifat tersisa, tak rumit, mudah dicerna dan memiliki keakraban cerita dengan publik pendukungnya.
  6. Bahasa yang digunakan dalam menyampaikan pesan cerita atau lakon berorientasi menunggangi bahasa kawasan yang tidak terikut dan menghadap menggunakan bahasa keseharian; lugas, dan netral (Tim Kemdikbud, 2018, hlm. 194).

Ciri Lakon Teater Istana

  1. Lakon bersumber cerita Ramayana, Mahabarata dan cerita Panji (hikayat ketinggian rajaraja).
  2. Lakon lebih mengedepankan keanggunan seni nan matang dan mapan. Oleh karenanya, seni istana disebut seni adiluhung nan mapan (isi seni dan nilai seni) dan mengusung arti terkait keagungan raja, upacara idiosinkratis. Makanya karena tidak heran bahwa kecenderungan lakon internal pementasan teater tradisional istana unsur-unsur seni di dalamnya berkarakter baku dan terorganisir dengan baik.
  3. Unsur narasi, bersumber dari kisah; Babad (cerita alur tanah leluhur), Hikayat (cerita panji), dan Epos (mahabarata dan ramayana).
  4. Kerangka lakon berorientasi bertabiat tragedi, yakni hal nan mengangkat kisah-narasi pertentangan para pitarah dan manusia-orang nan mempunyai kharisma dan ketuladan.
  5. Partikel-unsur lakon di dalamnya cenderung bersifat baku, musykil, dan mempunyai estetika tinggi. Karena dirancang oleh para empu yang memiliki kepakaran di bidangnya.
  6. Bahasa yang digunakan dalam menampilkan wanti-wanti kisah atau lakon merentang menggunakan bahasa daerah nan eklektik atau menggunakan bahasa dengan idiom-idiom bahasa yang benar sesuai kebutuhannya.

Unsur Lakon Teater

Lakon teater adalah suatu karya seni utuh yang melibatkan banyak unsur nan membangunnya. Atom-unsur lakon teater yang menjadikan suatu karya menjadi lakon teater tersebut di antaranya adalah sebagai berikut.

  1. Alur ataupun Urut-urutan cerita

    Galur ini dalam bahasa Inggris atau istilah teknis sastra juga disebut sebagai plot. Galur dapat diartikan bak urut-urutan narasi, susunan cerita, garis cerita ataupun rangkaian narasi yang dihubungkan dengan sebab akibat (hukum kausalitas).
  2. Tema


    Tema adalah pokok pikiran. Di privat tema terkandung tiga zarah pokok, yaitu (1) kelainan yang diangkat, (2) gagasan yang ditawarkan, dan (3) pesan yang disampaikan pengarang.
  3. Penokohan


    Internal teater dapat dibagi kerumahtanggaan bilang peran, antara tak:
    protagonist
    (inisiator utama),
    antitesis
    (tokoh yang memiliki konflik ataupun perbedaan pendapat dengan biang keladi utama),
    deutragonis
    (yang berpihak pada penggagas utama),
    foil
    (berpihak pada n partner),
    tetragoni
    (memihak sreg pelecok satu tokoh tidak),
    confident
    (tempat penyampaian tokoh terdahulu) ,
    raisonneur
    (penggagas yang menjadi corong bicara pengarang kepada penonton) dan
    utility
    (yakni tokoh pendamping baik berusul kelompok hitam ataupun putih).
  4. Khuluk


    Karakter adalah watak atau karakterisasi yang dimiliki penggagas atau pemeran di kerumahtanggaan lakon. Watak atau perwatakan nan dihadirkan pengarang dengan ciri-ciri secara khusus, misalnya berupa; status sosial, bodi, psikis, akademikus, dan religi.
  5. Setting


    Setting n domestik sebuah lakon merupakan unsur yang menunjukan; panggung dan waktu keadaan situasi privat sebuah episode. Berubahnya setting berfaedah terjadi perubahan fragmen, begitu pun dengan sebaliknya. Perubahan episode bermanfaat terjadi perubahan setting.
  6. Point of view

    Setiap lakon, termasuk lakon teater anak-anak, taruna, dewasa atau pun cak bagi semua semangat pasti melibatkan sudut pandang pengarang alias pencatat. Ki perspektif pandang pengarang atau juru tulis ini disebut point of view.
Baca juga:   Poster Iklan Layanan Masyarakat Bahasa Sunda

Prinsip Lakon Teater

Teater perumpamaan seni merupakan salah suatu jenis seni atraksi dengan medium utamanya basyar yang dibangun maka itu bilang zarah pembentuknya, pelecok satunya atom lakon. Berbicara lakon yang berupa dialog atau naskah ini tentunya bukan dapat pemaafan berbunga sastra juga, terutama ketika kita ceratai zarah yang membangunnya.

Pesona atau daya tarik (kegagahan) di dalam sastra, setidaknya dapat dipahami melewati: bentuk, isi, ekspresi, dan bahasa ungkap seorang sastrawan dengan persyaratan unsur-unsur di dalamnya, ialah adanya; Alur, tema, tokoh, karakter, setting, dan sudut pandang pengarang. Atom-zarah tersebut, hendaknya mengandung muatan;

  1. Keutuhan
    (unity),; artinya setiap bagian atau anasir yang ada membentur kepada usaha penguakan isi lever sastrawan. Dengan kata lain tidak adanya zarah kebetulan, semuanya direncanakan dan dipertimbangkan secara seksama.
  2. Keselarasan
    (harmony), artinya berkenaan dengan hubungan suatu unsur dengan unsur tidak, harus tukar merebeh dan memuati bukan mengganggu atau mengaburkan elemen yang lain.
  3. Keseimbangan
    (balance), ialah bahwa unsur-unsur maupun penggalan-bagian karya sastra, baik dalam format maupun bobotnya harus sesuai atau sebanding dengan fungsinya. Sebagai lengkap, babak nan kurang utama internal naskah drama akan lebih pendek daripada adegan nan terdahulu. Demikian pula halnya di dalam puisi bahwa yang dianggap utama akan terjadi dril kata maupun kalimat dalam jejer lain.
  4. Fokus
    atau pusat penekanan sesuatu unsur (right emphasis), artinya unsur atau bagian yang dianggap berguna harus bernasib baik pengkhususan nan lebih daripada partikel atau fragmen nan minus terdepan. Anasir yang dianggap bermanfaat akan dikerjakan sastrawan lebih seksama, menengah yang cacat penting bisa jadi tetapi garis samudra dan berkarakter skematik namun.

Teknik Menyusun Skenario Lakon

Dalam praktiknya, menyusun naskah lakon memerlukan satu kaidah atau teknik untuk penuangan gagasan dalam rancangan tulisan. Adapun cara yang boleh digunakan dalam kreativitas memformulasikan tulisan tangan lakon dapat dilakukan melampaui beberapa pendirian sebagaimana menerjemahkan, mengadaptasi, merangkum dan menyanggit.

  1. Teknik Menerjemahkan

    Menerjemahkan merupakan salah satu teknik menyusun naskah lakon yang dapat dilakukan guna memenuhi pengadaan lakon teater. Dalam kenyataannya lakon hasil terjemahan atau kisah terlampau pelik didapat, terlebih lagi lakon kisah berbahasa asing. Oleh karena itu rangka pertunjukan ataupun kisah satu per hanya suka-suka di Indonesia, dan salah suatu bentuk nan mendekati susuk maupun kisah milik luar adalah Opera.
  2. Teknik Adaptasi

    Adaptasi secara lurus dapat diartikan menyesuaikan atau penyesuaian diri sesuai dengan situasi, kondisi dan kebutuhan yang dihadapi. Aklimatisasi n domestik gayutan naskah lakon merupakan riuk satu teknik menyusun naskah lakon yang dapat dimanfaatkan untuk melengkapi perbendaharaan naskah lakon seni teater bersumber cerita, kisah atau lakon yang ada dan pernah bertaruk dan berkembang di daerah.
  3. Teknik Sadur

    Sadur yakni teknik menyusun naskah dengan cara menggubah ataupun merubah sebagian unsur karya orang enggak menjadi karya kita, semata-mata dengan tidak meredam emosi, merusak anasir-anasir rahasia lakon berasal pengarangnya. Lakon lapisan dengan tidak menghubungkan sumber cerita dan pengarang aslinya dapat disebut jiplakan (mencaplok, menyanggupi karya bani adam lain menjadi karya seorang).
  4. Sanggit


    Istilah Sanggit alias menyanggit intern Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, 1984) mengandung pengertian bergeser ataupun menggeser sesuatu hanya dalam satu hal yang setinggi. Seperti mana bambu berderik apabila terjadi gesekan dengan bambu nan lain ataupun gigi kita menderik apabila terjadi gesekan dengan gigi nan lain.

Wacana

  1. Hamid, D.H. (1976). Banjet (Teater Rakyat Jawa Barat Bercakal Bakal Pesilat).
  2. Skuat Kemdikbud. (2018). Seni Budaya X, semester 2. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
  3. Sembung Willy F. (1992). Topeng Banjet Karawang Dewasa ini Sebuah Tinjauan Deskriptif, STSI Bandung: Maklumat Penelitian.


Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Menentukan Struktur Lakon Adalah

Source: https://serupa.id/menyusun-naskah-lakon-pengertian-jenis-bentuk-dsb/