Membaca Puisi Selain Intonasi Yang Jelas Diperlukan

By | 15 Agustus 2022

Membaca Puisi Selain Intonasi Yang Jelas Diperlukan.

Artikel ini
tidak memiliki pustaka ataupun sumber tepercaya sehingga isinya lain bisa dipastikan.
Tolong
perbaiki artikel ini
dengan menambahkan referensi nan layak. Garitan tanpa sumber dapat dipertanyakan dan dihapus sewaktu-waktu.
Cari sumber: “Puisi” – berita·
surat kabar·
gerendel·
cendekiawan·
JSTOR

Sajak
adalah salah satu jenis karya sastra yang tendensi bahasanya dahulu ditentukan oleh musik, rima, serta penyusunan larik dan bait. Penulisan puisi dilakukan dengan bahasa yang gemi dan seleksian kata nan tepat, sehingga meningkatkan kesadaran orang akan pengalaman dan memberikan tanggapan khusus sangat penataan bunyi, nada, dan pemaknaan khusus.[1] Puisi mengandung seluruh unsur sastra di dalam penulisannya. Jalan dan persilihan bentuk dan isi lega puisi selalu mengikuti perkembangan selera, pertukaran konsep estetika dan kemajuan intelektual manusia. Tembang kaya membuat ekspresi pecah pemikiran yang mempengaruhi perasaan dan meningkatkan imajinasi lima cingur n domestik susunan yang berirama. Presentasi puisi dilakukan dengan bahasa yang memiliki makna betul-betul dan menyedot. Isi di dalam syair merupakan goresan dan perwakilan semenjak pengalaman penting nan dialami oleh manusia.[2]

Tuliskan tiga hal yang harus diperhatikan dalam memilih kata saat membuat puisi

Tembang berjudul Aku karya Chairil Anwar yang dipajang di tembok di Leiden

Penekanan puas segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter, dan rima adalah yang mebedakan puisi dari prosa. Sekadar perbedaan ini masih diperdebatkan dan pandangan kabilah awam galibnya membedakan puisi dan prosa dari jumlah aksara dan kalimat n domestik karya tersebut. Puisi lebih ringkas dan padat, sedangkan prosa lebih mengalir seperti mengutarakan cerita. Sejumlah ahli modern n kepunyaan pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai macam literatur belaka misal perwujudan imajinasi orang, yang menjadi sumber segala kreativitas. Selain itu, sajak juga yaitu tuangan isi lever seseorang nan membawa orang lain masuk ke dalam keadaan hatinya.

Di privat puisi juga biasa disisipkan majas yang membuat puisi itu semakin indah. Majas tersebut juga bermacam-macam, pelecok satunya adalah sarkasme merupakan sindiran simultan dengan bernafsu.

Di beberapa daerah di Indonesia puisi juga cinta dinyanyikan dalam bentuk pantun.

Derek-baris plong puisi boleh berbentuk segala apa saja (bulat, zig zag, dan lain-lain). Hal tersebut ialah salah satu cara panitera untuk menunjukkan pemikirannya. Puisi kadang hanya berisi satu kata/suku perkenalan awal yang terus diulang-ulang. Buat pembaca, hal tersebut mana tahu membuat tembang menjadi tidak atau kurang bisa dimengerti. Cuma penulis selalu memiliki alasan cak bagi segala ‘keanehan’ yang diciptakannya. Lain cak semau batasan untuk seorang penyalin dalam menciptakan sebuah sajak. Cak semau beberapa perbedaan antara sajak lama dan tembang baru.

Namun beberapa kasus mengenai tembang modern ataupun puisi cyber belakangan ini makin memprihatinkan takdirnya ditilik berasal pokok dan kaidah sajak itu sendiri, yaitu ‘pemadatan alas kata’. Galibnya penyair aktif masa ini, baik pemula ataupun tak, lebih menitikberatkan gaya bahasa dan enggak pada pokok puisi tersebut. Mereka enggan atau tak mau untuk melihat pendirian awal puisi tersebut.

Jadi, tembang seharusnya merupakan seni nan mempunyai perasaan ketika melantunkan dan menyelaraskan nya, sehingga pendengar boleh merasakan emosi dan berimajinasi akan halnya maksud puisi tersebut.

Dalam pembacaan puisi terdapat dasar-bawah penting yang mencaplok olah vokal, olah musikal, olah sukma, olah mimik, olah gerak dan wawasan literer.  Jika dasar-sumber akar tersebut sudah dikuasai anju lebih lanjut akan setakat sreg proses pembacaan.  Saat membaca puisi terlazim memperhatikan tahap-tahap yaitu membaca dalam hati nan bertujuan agar puisi tersebut terapresiasi secara penuh,  mendaras nyaring dengan mengamati kancing vokal, tempo, timbre, interpolasi, rima, nada dan diksi, membaca kritis dan membaca puitis.[3]

Gerak

Gerak kerumahtanggaan pembacaan puisi meliputi ekspresi dan mimik, gestur, dan pantomimik. Ekspresi adalah pernyataan perasaan hasil penjiwaan tembang sementara itu mimik adalah gerak air muka. Gestur merupakan gerak tangan dan kaki saat mengaji puisi nan disesuaikan dengan isi sajak. Darurat itu, pantomimik merupakan perpaduan ekspresi gerak – gerik muka dan gerak – gerik jasad.

Vokal

Vokal atau suara intern pembacaan puisi dibagi menjadi tiga yakni pelisanan, intonasi, tempo, power serta debit suara miring.

  1. Artikulasi yaitu ketepatan privat melafalkan kata-kata. Kejelasan artikulasi dalam membaca sajak terlampau dibutuhkan  dalam pelisanan bunyi huruf vokal dan konsonan.
  2. Intonasi adalah yaitu tinggi rendahnya suatu nada pada kalimat yang mengasihkan penekanan internal pembukaan-introduksi tertentu di suatu kalimat. Dalam sebuah puisi, terserah catur jenis intonasi antara bukan sebagai berikut:
  • Impitan dinamik yaitu impitan plong kata-pengenalan yang dianggap penting.
  • Tekanan irama adalah tekanan jenjang rendahnya suara. Misalnya suara tinggi mengilustrasikan keriangan, berang, takjub, dan sebagainya. Suara rendah mengungkapkan kesedihan, pasrah, ragu, putus asa, dan sebagainya.
  • Impitan tempo adalah cepat lambat pengucapan kaki kata atau kata.
  • Modulasi meliputi persilihan obstulen celaan misalnya suara miring mengerik karena murka serta suara mendesau karena lelah.  Ketepatan intonasi maupun irama ini mengelepai kepada ketepatan penafsiran atas puisi yang dibacakan.

3. Karakter suara adalah ciri idiosinkratis suara nan dimiliki oleh pembaca puisi. Seorang membaca syair harus mampu memainkan karakter suaranya sesuai dengan kutipan puisi yang dibacanya.  Apabila n domestik sajak diceritakan tentang pendirian seorang gadis  saya harus produktif mengubah suaranya begitu juga seorang perawan.

4. Tempo merupakan matra cepat lambatnya pembacaan dari satu kata ataupun kalimat dalam puisi.

5. Power atau keistimewaan suara miring ialah bagian yang amat penting kerjakan diperhatikan ketika mengaji puisi.  suara seorang pembaca syair harus mampu mengamankan suara miring penonton atau pendengarnya. Seorang pembaca tembang dituntut kerjakan memiliki vokal yang keras agar suaranya bisa terdengar maka itu pirsawan.

Atom-atom puisi membentangi struktur badan dan struktur batin syair.

Struktur fisik sajak

Struktur raga puisi terdiri dari:

  • Perwajahan syair (tipografi), adalah bentuk sajak seperti halaman nan tak dipenuhi kata-prolog, riol kanan-kidal, pengaturan barisnya, hingga baris tembang yang tak buruk perut dimulai dengan abjad kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
  • Diksi, yakni pemilihan kata-perkenalan awal nan dilakukan maka dari itu penyair dalam puisinya. Karena puisi yakni bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata bisa mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam tembang erat kaitannya dengan makna, keakuran obstulen, dan urutan kata.
  • Imaji, adalah pembukaan atau susunan pembukaan-kata nan dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, sama dengan pandangan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, merupakan imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan mematamatai, mendengar, dan merasakan seperti segala apa yang dialami penyair. Pengimajinasian internal puisi berguna kerjakan memberi cerminan yang jelas menimbulkan suasana idiosinkratis membentuk hidup bayangan dalam pikiran dan pengindraan serta kerjakan menarik ingatan dan memberikan kesan mental ataupun bayangan optis penyair memperalat gambaran-gambaran angan.
  • Kata berwujud, adalah pengenalan yang dapat ditangkap dengan indra yang memungkinkan munculnya imaji. Pengenalan-alas kata ini bersambung dengan kiasan atau lambang. Misalnya pengenalan konkret “salju” merepresentasi kebekuan cinta, kekecewaan nasib, dan lain-tidak. Sedangkan kata konkret “pandau-rawa” dapat merepresentasi tempat kotor, arena spirit, bumi, nasib, dan bukan-lain. Kata maujud merupakan syarat terjadinya pengimajian atau visualisasi.
  • Tren bahasa, merupakan penggunaan bahasa nan dapat menyemarakkan/meningkatkan surat berharga dan menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau makmur akan makna. Gaya bahasa disebut lagi majas. Akan halnya neko-neko majas antara enggak metafora, simile, insanan, litotes, ironi, sinekdoke, pelembutan, tautologi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, dan ketidakteraturan.
  • Rima atau Irama merupakan persamaan bunyi pada tembang, baik di awal, perdua, dan akhir baris sajak. Rima mencengap:
  1. Onomatope (bikinan terhadap bunyi, perumpamaan /ng/ yang menyerahkan efek magis plong puisi Sutadji C.B.)
  2. Rencana intern transendental bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan sediakala, sajak berselang, puisi berparuh, tembang penuh, tautologi bunyi [alas kata], dan sebagainya
  3. Pengulangan perkenalan awal/ungkapan. Ritma merupakan jenjang sedikit, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Rima sangat menonjol dalam pembacaan sajak.
  • Tipografi adalah teknik penulisan privat tembang.  Tipografi merupakan pembeda nan paling awal yang dapat dilihat privat memperlainkan puisi dengan prosa fiksi ataupun ketoprak. Lajur-baris kerumahtanggaan puisi membentuk sebuah periodisitas yang disebut bait. Tipografi merupakan aspek bentuk optis yang berupa tata kawin, kombinasi baris dan pahatan bentuk nan dipergunakan untuk mendapatkan kesan menarik sepatutnya luhur dipandang. Pamrih tipografi dalam puisi merupakan lakukan keindahan indrawi dan untuk mendukung pengedepanan makna rasa dan suasana puisi.[4]
Baca juga:   Lirik the End of the World

Struktur batin puisi

Struktur batin puisi terdiri dari:

  • Tema/makna (sense) merupakan siasat persoalan yang disampaikan pengarang dalam puisinya. Tema sebuah puisi dapat disampaikan secara refleks ataupun tidak kontan (makna puisi dapat ditemukan setelah membacadan menafsirkannya). Media puisi yakni bahasa. Hierarki bahasa yakni persaudaraan segel dengan makna, maka puisi harus bermanfaat, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
  • Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terwalak internal puisinya. Penyingkapan tema dan rasa rapat persaudaraan kaitannya dengan permukaan belakang sosial dan ilmu jiwa penyair, misalnya bidang belakang pendidikan, agama, tipe kelamin, kelas sosial, singgasana dalam masyarakat, vitalitas, camar duka sosiologis dan psikologis, dan mualamat. Kedalaman pembeberan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu komplikasi tak bergantung pada kemampuan penyair memintal kata-kata, rima, gaya bahasa, dan rangka puisi saja, tetapi lebih banyak mengelepai pada wawasan, pengetahuan, camar duka, dan khuluk yang terbentuk oleh satah bokong sosiologis dan psikologisnya.
  • Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berbimbing dengan tema dan rasa. Penyair bisa menyampaikan tema dengan musik menggurui, mendikte, bekerja selaras dengan pembaca untuk menyelesaikan masalah, menerimakan masalah semacam itu belaka kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dan lain-lain.
  • Amanat/tujuan/pamrih (intention), yaitu pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca.

Puisi lama yaitu tembang yang penulisannya masih terikat oleh kanun tertentu. Aturan di kerumahtanggaan puisi lama berkaitan dengan kuantitas pembukaan alias tungkai pengenalan dalam tiap ririt, jumlah baris nan terletak dalam tiap kuplet, serta rima, dan irama.[5] Puisi lama umumnya merupakan puisi rakyat nan nama penulisnya anonim. Penulisan pantun masih mengikuti adat-aturan yang jelas dan tak dapat diubah. Kebiasaan ini berhubungan dengan penentuan kuantitas suku introduksi intern tiap baris, kuantitas baris lega tiap bait, dan penggunaan tembang. Kelong merupakan salh satu jenis sastra lisan yang disampaikan secara turun-temurun. Gaya bahasa pada puisi lama menggunakan majas dan sifatnya taat serta stereotipe. Kandungan isi dalam syair lama menceritakan tentang memori kerajaan, gemilap istana dan atma di dalamnya, serta kejadian-kejadian ajaib.[6] Varietas puisi lama yakni mantra, pantun, karmina, seloka, gurindam, syair dan talibun.[7]

Mantra

Penulisan guna-guna berbentuk bait dengan kesediaan rima yang tidak menentu. Mantra lebih mengutamakan musik dibandingkan rima. Bahasa yang digunakan di dalam mantra dianggap memiliki kemujaraban sihir. Mantra hanya boleh diucapkan maupun dibacakan oleh pawang atau dukun. Penggunaan terdahulu berasal mantra adalah untuk mencegah terjadinya bencana. Penggunaan mantra merupakan babak dari budaya Indonesia. Kerumahtanggaan publik Jawi, mantra digunakan untuk keperluan adat dan kepercayaan mistis dan berat digunakan andai karya sastra.[8]

Contoh:

Assalamu’alaikum putri satulung osean Yang beralun berilir simayang Mari mungil, kemari Aku menggelung rambut rambutmu Aku membawa sadap gading Akan mencuci mukamu

Kelong

Pantun merupakan puisi lama yang tiap baitnya terdiri atas catur ririt. Setiap barisnya terdiri atas 8–12 suku kata. Bari di dalam pantun terbagi menjadi sampiran dan isi. Sampiran berada di baris pertama dan baris kedua, sedangkan isi berlambak di lajur ketiga dan larik keempat. Teoretis sajak pada pantun merupakan a-b-a-b. Kelong mengamati penggunaan rima. Kalimat purwa dan kalimat ketiga mempunyai bunyi pengunci yang sama. Kalimat kedua dan keempat juga memiliki obstulen akhir yang sama.[9]

Transendental pantun selang:

Kalau ada penyemat patah Jangan dimasukkan ke privat peti Kalau ada kataku yang pelecok Jangan dimasukkan ke dalam hati

Karmina

Karmina merupakan puisi lama yang tiap baitnya terdiri dari 2 leret. Ririt pertama adalah sampaian, sedangkan baris kedua merupakan isi. Karmina menggunakan sajak a–a dan tiap barisnya terdiri terbit 8–12 suku kata.[10]

Pola:

Suntuk parang sekarang ferum (a) Lalu buruk perut sekarang benci (a)

Seloka

Seloka yaitu puisi lama yang memiliki bilang stanza silih berencetan. Nama bukan dari seloka yakni pantun berkait atau kelong bersambungan. Baris pertama dan ketiga lega kuplet kedua menggunakan isi nan sama dengan baris kedua dan keempat berpangkal stanza pertama. Komplet ini digunakan secara terus-menerus pada bait berikutnya.[11] Kata “seloka” adalah pengenalan serapan dari bahasa Sanskerta, ialah sloka. Seloka merupakan salah satu jenis puisi Melayu klasik nan berisikan aforisme atau laksana. Pesan yang disampaikan di intern seloka dapat berwujud candaan, pasemon atau ejekan. Seloka umumnya ditulis privat bentuk pantun atau syair dengan empat baris. Selain itu, suka-suka kembali seloka yang ditulis makin semenjak empat baris.[12]

Contoh:

Verbatim urut-urutan ke Payakumbuh, Kayu jati bertimbal jalan. Di mana hati tak teko cemas, Ibu mati bapak berjalan.

Gurindam

Gurindam adalah keseleo satu jenis puisi yang memadukan antara sajak dan peribahasa. Jumlah jejer lega gurindam namun dua dengan rima a-a. Gurindam digdaya ajaran yang berkaitan dengan tata krama dan nasihat religiositas. Larik pada gurindam disebut sebagai syarat dan akibat. Syarat adalah baris purwa dan akibat sebagai saf kedua.[13] Baris pertama membahas adapun persoalan, ki kesulitan atau perjanjian, sedangkan larik kedua memberitahukan jawaban maupun perampungan bersumber bahasan sreg baris pertama.[14]

Contoh:

Kurang pikir kurang siasat (a) Tentu dirimu akan tersesat (a) Barang mana tahu tinggalkan sembahyang (b) Bagai kondominium tiada bertiang (b) Takdirnya suami tiada berhati verbatim (c) Ayutayutan sekali lagi kemudian hari menjadi kurus (c)

Syair

Syair adalah salah satu spesies kelong yang berasal berpangkal Arab. Penulisan syair mengutamakan penggunaan irama dan cerita. Tiap stanza pada tembang terdiri atas catur baris. Setiap baris mempunyai total suku kata antara 8-12 suku kata.[14]

Teladan:

Pada zaman zaman kuno (a) Tersebutlah sebuah kisahan (a) Sebuah kawasan nan aman sentosa (a) Dipimpin si raja nan bijaksana (a)

Talibun

Talibun adalah puisi lama nan mempunyai perkariban genap antara enam hingga deka- baris. Pada talibun, tiap bait dibagi menjadi sampiran dan isi. Penjatahan lajur sampiran dan baris isi ditentukan maka dari itu total baris keseluruhan yang kemudian dibagi menjadi dua.[11] Talibun galibnya digunakan dalam acara berbalas pantun sebagai pengganti pantun empat saf seuntai. Penggunaan talibun di dalam acara berbalas pantun menggampangkan pengungkapan gagasan dalam bentuk dialog.[15]

Contoh:

Kalau anak menjauhi ke ahad Yu beli belanak pun beli sampiran Lauk panjang beli dahuluKalau anak asuh pergi berjalan Ibu cari sanak pun cari isi Induk semang cari sangat

Rubaiat

Rubaiat yaitu kelong berbunga Arab yang berbentuk pantun. Tiap bait mulai sejak rubaiat tersusun atas catur leret. Sajak yang digunakan berpola a-b-a-b. Pesan nan disampaikan di dalam rubaiat berbentuk epigram.[10]

Gaza

Gaza merupakan puisi lama yang berasal terbit Persia. Tiap bait sreg gaza terdiri okta- baris. Tiap leret diakhiri dengan kata nan sama. Gaza mengobrolkan kisahan asmara maupun cinta karunia.[16]


Kit’ah

Kit’ah yakni tembang lama yang berasal dari Arab. Isi kit’ah merupakan ular-ular-nasihat. Tujuan mulai sejak pemberian nasihat adalah sebagai tulangtulangan pendidikan.[16]

Masnawi

Masnawi adalah kelong yang berpunca dari Persia. Irama nan digunakan ialah akhiran alas kata yang sama tiap dua leret. Masnawi mandraguna pujian terhadap jalal tingkah laku seseorang.[17]

Nazam

Nazam merupakan pantun yang berbunga bermula Arab. Penulisan nazam hanya 12 ririt. Nazam menerimakan cerita yang berkaitan dengan kehidupan para pemukim keraton, yaitu raja ataupun sultan, bangsawan, dan budak.[17]

Sarung jari

Bidal teragendakan dalam jenis puisi lama yang bilang isi barisnya dirangkap kerjakan menguraikan pemerian. Setiap rangkap boleh menjelaskan keseluruhan cerita tanpa terbiasa mencerna banjar rangkap lainnya. Dedal berbentuk kalimat singkat yang mengandung kiasan alias perwakilan dari keadaan nyata. Harapan penggunaan kiasan kerumahtanggaan tudung jari yaitu sebagai bentuk penentangan atau penyindiran. Wanti-wanti utama n domestik tudung jari ialah nasihat, peringatan, ataupun parodi, dan sebagainya. Pengungkapan perasaan dan perasaan dilakukan melalui pengibaratan dan perbandingan.[18]

Sajak hijau

Puisi baru yakni puisi yang bukan n kepunyaan sifat-adat tertentu n domestik penulisannya. Kebebasan penulisan dalam puisi yunior membentangi besaran ririt, suku kata, atau rima.[6] Penulis berpokok puisi baru bukan inkognito. Urut-urutan puisi baru terjadi secara oral maupun tulisan. Tembang baru menunggangi majas yang berubah-silih. Wanti-wanti yang disampaikan di intern puisi baru biasanya tentang kehidupan. Penulisan puisi mentah lebih rapi dan simetris serta banyak menggunakan sajak pantun dan tembang. Tiap barisnya memiliki kesatuan sintaksi dengan rima akhir yang terkonsolidasi.[19]

Baca juga:   Tema Dan Lukisannya Judul Lukisan Gaya Lukisan
Balada

Balada ialah puisi berisi kisah/kisah. Balada keberagaman ini terdiri berusul 3 (tiga) bait, masing-masing dengan 8 (okta-) saf dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Kemudian skema rima berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Lajur terakhir dalam bait permulaan digunakan sebagai refren dalam bait-bait berikutnya. Cermin: Syair karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul “Balada Matinya Seorang Pemberontak”.

Himne

Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, kapling air, atau pahlawan. Ciri-cirinya ialah lagu pujian lakukan menghormati sendiri dewa, Tuhan, seorang pahlawan, tanah air, maupun almamater (Pemandu di Dunia Sastra). Kini ini, pengertian lagu pujian menjadi berkembang. Himne diartikan bak puisi yang dinyanyikan, digdaya pujian terhadap sesuatu yang dihormati (hawa, pahlawan, dewa, Tuhan) yang bernapaskan rabani. Lengkap:

Malar-malar alai-belai-godaan nan persisten dan bisu Mengagungkan namaMu dengan pendirian sendiri Menggeliat derita puas lekuk dan liku asal sayatan khianat dan bidah. Dengan hikmat sering kupandang patungMu menitikkan darah berpunca tangan dan tungkai dari mahkota duri dan membulan pakis Yang dikarati oleh dosa khalayak. Tanpa luka-jejas yang bogok terbuka dunia kehilangan sumber kasih Besarlah mereka yang dalam nestapa mengenalMu tersalib di dalam lever. (Saini S.K)

Ode

Ode adalah puisi lirik untuk menyatakan pujian terhadap seseorang, benda, kejadian yang dimuliakan, dan sebagainya.[20] Nada dan gayanya lewat resmi (metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat menyanjung baik terhadap pribadi tertentu maupun peristiwa masyarakat. Contoh:

Generasi Sekarang Di atas puncak gunung fantasi Remang aku, dan dari sana Mandang ke bawah, ke palagan berjuang Generasi sekarang di panjang masaMenciptakan kemegahan baru Pantun ketampanan Indonesia Yang kaprikornus kenang-kenangan Pada zaman dalam dunia (Asmara Hadi)

Epigram

Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup. Epigram berasal berpangkal Bahasa Yunani epigramma nan berarti molekul indoktrinasi; pedagogi; nasihat membawa ke sisi kebenaran untuk dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan. Sempurna:

Hari ini tak suka-suka tempat berdiri Sikap lamban bermanfaat nyenyat Siapa yang berputar, merekalah yang di depan Yang menunggu sejenak sekalipun pasti tergilas. (Iqbal)

Romansa

Romansa adalah puisi yang berisi luapan ingatan rajin karunia. Bersumber dari bahasa Prancis Romantique nan berarti keanggunan perasaan; persoalan pemberian demap, rindu kekhisitan, serta hidayah mesra

Elegi

Elegi merupakan puisi nan berisi ratap tangis/kepedihan. Berisi sajak atau lagu yang mengungkapkan rasa duka alias keluh kesah karena sedih atau ribang, terutama karena kematian/keberangkatan seseorang. Contoh:

Senja di Pelabuhan KecilIni kali bukan cak semau yang mencari cinta di antara pakus, kondominium tua, puas cerita kusen serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut menghembus diri dalam mempercaya kepingin berpautGerimis mendahulukan kelam. Ada juga kelepak nasar menyinggung muram, desir hari lari berenang menemu urutan pangkal akanan. Bukan bergerak dan saat ini kapling dan air tidur hilang ombak. Tiada lagi. Aku seorang. Bepergian menyisir semenanjung, masih pengap harap sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan dari pantai keempat, sedu pengunci bisa terpeluk (Chairil Anwar)

Satire

Parodi merupakan syair nan digdaya satire/kritik. Pecah berpokok bahasa Latin Satura yang penting parodi; kecaman tajam terhadap sesuatu fenomena; tidak puas hati satu golongan (ke atas pemimpin nan buat-buatan, rasuah, zalim, dsb.). Contoh:

Aku bertanya tetapi pertanyaan-pertanyaanku mengantuk jidat penyair-penyair salon, yang bersajak tentang berpangku tangan dan rembulan, sementara ketidakadilan terjadi di sampingnya, dan delapan juta kanak-kanak minus pendidikan, termangu-mangu dl kaki dewi kesenian. (WS Rendra)

Berdasarakan bentuknya

Distikon

Distikon, adalah tembang yang tiap baitnya terdiri atas dua ririt (puisi dua serenteng). Contoh:

Berkali kita gagal Ulangi lagi dan cari akal bulus Berkali-mungkin kita jatuh Kembali berdiri jangan mengeluh (Or. Mandank)

Sajak tiga seuntai

Setiga, puisi yang tiap baitnya terdiri atas tiga banjar (puisi tiga seikat). Eksemplar:

Dalam ribaan bahagia datang Tersenyum bagai kencana Mengharum bagai cendana Dalam bah’gia cerbak menginjak melantur Bersinar bagai surya Mewarna perumpamaan bibit (Sanusi Pane)

Kuatren

Kuatren, syair nan tiap baitnya terdiri atas catur baris (tembang empat seuntai). Pola:

Mendatang-menclok jua Kenangan masa habis Menghilang muncul jua Yang dulu sinau terpincut Pandang bening rupa jua Adi kanda lama lewat Menciptakan menjadikan hati jua Layu lipu kangen-sendu (A.M. Daeng Myala)

Kuint

Kuint, ialah tembang yang tiap baitnya terdiri atas lima baris (sajak lima seuntai).

Sekadar Kepada Tuan Satu-satu perasaan Hanya dapat saya katakan Kepada tuan Nan pernah merasakan Cak satu demi satu kegelisahan Yang saya serahkan Hanya dapat saya kisahkan Kepada tuan Yang koalisi diresah gelisahkan Satu per siaran Yang bisa dirasakan Hanya dapat saya nyatakan Kepada tuan Yang indolen menerima pemberitahuan (Or. Mandank)

Sekstet

Sekstet, yakni puisi yang tiap baitnya terdiri atas enam baris (puisi enam sejaras). Transendental:

Merindu Bagia Sekiranya hari’lah tengah lilin lebah Kilangangin kincir memangkal dari bernapas Hidup jiwaku rasa terbenam Dalam laut tidak terwatas Menangis hati diiris sedih (Ipih)

Septima

Septima, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tujuh ririt (tujuh seuntai). Contoh:

Indonesia Tumpah Darahku Duduk di tepi laut tanah yang permai Tempat gelombang semenjak berderai Berbuih nirmala di pasir terderai Tampaklah pulau di lautan hijau Ancala gemunung bagus rupanya Ditimpah air mulia tampaknya Tumpah darahku Indonesia namanya (jawir)

Oktaf atau Stanza

Oktaf/Kuplet, adalah syair yang tiap baitnya terdiri atas delapan jejer (double kutrain alias puisi delapan sejaras). Contoh:

Gegana Awan datang melayang perlahan Kinang bermimpi, sirih berangan Bertambah lama, lalai di diri Makin lumat balasannya panah Dan lembaga menjadi hilang Kerumahtanggaan langit biru gemilang Demikian jiwaku gaib waktu ini Internal umur teguh senyap (Sanusi Pane)

Soneta

Soneta, yaitu puisi yang terdiri atas catur belas baris yang terbagi menjadi dua, dua bait purwa sendirisendiri empat derek dan dua bait kedua per tiga leret. Soneta berasal dari kata sonneto (Bahasa Italia) perubahan dari kata sono yang penting suara. Jadi soneta adalah sajak nan bersuara. Di Indonesia, soneta masuk dari wilayah Belanda diperkenalkan maka dari itu Muhammad Yamin dan Roestam Effendi, karena itulah mereka berdualah yang dianggap sebagai ”Inisiator/Kiai Soneta Indonesia”. Susuk soneta Indonesia tidak lagi tunduk pada syarat-syarat soneta Italia atau Inggris, tetapi kian mempunyai kebebasan dalam segi isi maupun rimanya. Yang menjadi pegangan merupakan total barisnya (empat belas derek). Contoh:

Gembala Perasaan kelihatannya ta ‘cerek nyala ( a ) Melihat anak berelagu burung dandang ( b ) Koteng tetapi di tengah padang ( b ) Tiada berbaju urai pembesar ( a ) Beginilah hidup anak gembala ( a ) Berteduh di bawah tiang nan rindang ( b ) Semenjak pagi menyingkir kandang ( b ) Pulang ke rumah di sore kala ( a ) Jauh sedikit sesayup sampai ( a ) Terdengar olehku bunyi teluki ( a ) Melagukan alam yang molek permai ( a ) Wahai mengangon di segara mentah ( c ) Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau ( c ) Maulah aku menurutkan dikau ( c ) (Muhammad Yamin)

Tembang masa kini

Kata kontemporer secara umum bermakna mutakhir sesuai dengan perkembangan zaman atau selalu menyepadankan dengan perkembangan kejadian zaman. Selain itu, puisi kontemporer dapat diartikan pun perumpamaan sajak yang lahir kerumahtanggaan kurun periode bontot. Puisi kontemporer berusaha lari berbunga gabungan konvensional puisi itu seorang. Puisi mutakhir berkali-kali memakai kata-perkenalan awal yang kurang memperhatikan santun bahasa, memakai kata-perkenalan awal yang bertambah kasar, ajukan, dan enggak-lain. Pemakaian kata-prolog simbolik atau lambang sifat bawaan, gaya bahasa, irama, dan sebagainya dianggapnya tidak begitu terdahulu lagi.

Tokoh-pemrakarsa sajak kontemporer di Indonesia sekarang, ialah umpama berikut:

  • Sutardji Calzoum Bachri dengan tiga kumpulan puisinya O, Amuk, dan O Amuk Pisau caluk
  • Ibrahim Sattah dengan koleksi puisinya Hai Ti
  • Hamid Jabbar dengan kumpulan puisinya Wajah Kita

Puisi mantra

Puisi mantra adalah sajak nan mencekit sifat-resan guna-guna. Sutardji Calzoum Bachri adalah orang nan pertama memperkenalkan puisi mantra internal tembang mutakhir. Ciri-ciri mantra adalah:

  1. Aji-aji bukanlah sesuatu yang dihadirkan buat dipahami melainkan sesuatu nan disajikan cak bagi menimbulkan akibat tertentu
  2. Mantra berfungsi misal penghubung manusia dengan mayapada misteri
  3. Mantra mengutamakan surat berharga atau akibat berupa kemanjuran dan kemanjuran itu terletak pada perintah.

Acuan:

Shang Haiping di atas pong pong di atas ping ping ping bilang pong pong pong beberapa pingmau pong? beberapa ping mau mau bilang pong mau ping? bilang pong mau mau bilang pingya pong ya ping ya ping ya pong tak ya pong tak ya ping ya tidak ping ya lain pong sembilu jarakMu menyabun nyaring (Sutardji Calzoum Bachri dalam Ozon Amuk Kapak, 1981)

Baca juga:   Kumpulan Puisi Singkat Untuk Ibu

Puisi mbeling

Syair mbeling adalah rencana puisi yang tidak mengikuti kebiasaan. Aturan puisi nan dimaksud ialah kadar-ketentuan nan umum bermain dalam syair. Puisi ini muncul pertama barangkali dalam majalah Aktuil yang menyisihkan lembar solo kerjakan menampung sajak, dan oleh pengasuhnya yakni Remy Silado, lawe tersebut diberi nama “Puisi Mbeling”. Sajak mbeling merupakan bagian dari gerakan mbeling yang dicetuskan oleh Remy silado, satu gerakan yang ditujukan untuk mendobrak sikap pemerintahan orde baru yang dianggap feodal dan kepura-puraan. Dalam bahasa Jawa mbeling berfaedah nakal atau memberontak terhadap kemapanan dengan prinsip cara yang menarik perhatian.[21] Kata-kata dalam puisi mbeling tidak terbiasa dipilih-memperbedakan sekali lagi. Dasar puisi mbeling yaitu main-main. Puisi mbeling berciri mengutamakan unsur kelakar; pengarang memanfaatkan semua anasir sajak berupa bunyi, rima, nada, saringan kata dan tipografi untuk mencapai efek kelakar sonder ada maksud lain yang disembunyikan (tersirat).

Contoh:

Sajak Sikat GigiSeseorang lupa gesek giginya sebelum tidur Di dalam tidur ia bermimpi Ada sikat gigi menyapu-nyapu mulutnya supaya terbukaKetika dia ingat pagi hari Sikat giginya tinggal sepotong Sepoteng nan hilang itu agaknya Tersesat di n domestik mimpinya dan tak dapat pun Dan kamu berpendapat bahwa, situasi itu plus berlebih-lebihan (Yudhistira Ancala Nugraha dalam Syair Sikat Gigi, 1974)

Selain itu, puisi mbeling sekali lagi mengedepankan kritik sosial terutama terhadap sistem perekonomian dan rezim, dan menyampaikan ejekan kepada para penyair nan beraksi tekun terhadap tembang. Intern hal ini, Taufik Ismail menyebut tembang mbeling dengan puisi yang mengkritik sajak.

Puisi maujud

Sajak berwujud adalah puisi yang disusun dengan mengutamakan rancangan grafis berupa penyelenggaraan cahaya muka hingga menyerupai lembaga tertentu. Sajak begitu juga ini tidak sepenuhnya menggunakan bahasa laksana alat angkut. Di dalam puisi konkret pada biasanya terdapat lambang-lambang yang diwujudkan dengan benda dan/atau gambar-bentuk umpama idiom ekspresi penyairnya. Contoh:

Doktorandus Tikus Iselusin toga me nga nga seratus tikus berkampus diatasnya dosen dijerat profesor diracun kucing aliansi dan bunting dengan predikat sangat memuaskan (F.Rahardi n domestik Soempah WTS, 1983)

Penyusunan puisi kontemporer sebagai syair inkonvensional ternyata juga perlu mengindahkan sejumlah atom sebagai berikut:

  • Unsur bunyi; meliputi peletakan persamaan bunyi (rima) lega tempat-kancah tertentu untuk menghidupkan kesan dipadu dengan tautologi atau dril-pengulangannya.
  • Tipografi; meliputi penyusunan baris-baris puisi berisi perkenalan awal ataupun tungkai kata nan disusun sesuai dengan gambar (transendental) tertentu.
  • Enjambemen; meliputi pembacokan maupun pengungsian lajur puisi lakukan menuju baris berikutnya.
  • Kelakar (satire); meliputi penambahan unsur hiburan ringan laksana komplemen penyajian puisi yang pekat dan penuh perenungan (reflekstif)

Berdasarkan aspek ungkapannya

Puisi lirik

Sajak lirik banyak menggunakan lirik nan menyingkapkan perasaan yang dialami penulisnya. Penngungkapan suasana kian utama dibandingkan tema, Makna puisi dipahami dengan memperhatikan suasana batin penulisnya. Penyampaian pesan-pesan etik tidak menjadi tujuan penting dalam syair lirik.[22]

Puisi epik

Puisi wiracerita menunggangi kisah dalam menyampaikan wanti-wanti. Gaya penulisannya berbentuk prosa dengan tetap menggunakan anasir-unsur puisi. Epik juga disebut sebagai sajak naratif. Isi puisi epik membualkan petualangan atau pelawatan seorang pahlawan ataupun pentolan. Perjalanan yang ditempuh pentolan pelalah disertai dengan berbagai perbuatan luhur nan dilakukannya.[23]

Puisi santai adalah sajak yang tidak terlalu ambisius untuk menjadi puisi. Ia lahir berpangkal camar duka sehari-waktu yang tidak bisa diremehkan. Ia tidak bersaing dengan syair kontemporer yang masih mengandung partikel dialog keras dengan para pendahulunya, seperti kelahiran juga mantra lega puisi Sutardji Calzoum Bachri. Syair-puisi santai ini belum banyak dibuat jadi buku, namun kemunculannya bisa dipandang bak gejala yang disebabkan maka itu budaya baru awam digital. Melalui facebook atau grup sebagaimana instagram, para penyair ini mengasah peristiwa sehari-hari dalam sajian bahasa puitis. Mereka bebas mengidas tren: guna-guna, pantun, lirik, dramatik, humor, dll. Lakukan menyebut puisinya itu sekadar urusan yang tidak harus ambisius sebagai sastra, Arip Senjaya misal sebagai menerbitkan buku kumpulan syair Begitu juga Bukan Cinta yang mengindikasikan lahirnya dandan baru puisi Indonesia ini. Puisi tersebut membicarakan apa saja nan dialuinya setiap periode. Alih-alih menjadi puisi sastrawi, puisi-puisi n domestik taktik tersebut malah membangun kesan melemah dan berkelakar. Namun pengamat sastra Indonesia asal Jerman Berthold Damshäuser memandang puisi-puisi santai Arip Senjaya itu tidak bisa diremehkan dan terdepan bagi perkembangan alternatif puisi Indonesia khususnya.[pelir rujukan]

Tembang merupakan pelecok satu kendaraan komunikasi karena memiliki pengirim pesan, sedang, dan akseptor pesan. Pesan berwujud pengalaman yang hendak disampaikan makanya penyair sebagai pengirim pesan. Medium nan digunakan adalah bahasa dan penerimanya adalah pembaca. Komunikasi di intern puisi tidak hanya berupa data independen, belaka juga data subjektif. Data ini berupa sikap, perhatian, dan imajinasi bermula pensyarah.[24]

Meningkatkan proses berpikir berlimpah

Puisi enggak saja menyodorkan perasaan penulisnya, sekadar juga sebagai produk berbunga proses penemuan yang kreatif. Penciptaan puisi melibatkan strategi, analisis, seleksi, dan sintesis. Kegiatan berpikir makmur ini dilakukan melintasi pemilihan kata dan qasar bahasa. Prolog-kata di kerumahtanggaan puisi dipilih secara eklektik sehingga dibaca dengan makna nan indah serta mengutarakan pesan dari penyair secara tepat dan mengoper banyak pengertian. Selain itu, pola bunyi sreg syair lagi memiliki keayuan yang disesuaikan dengan selera penulisnya.[25]

Meningkatkan keterampilan berbahasa

Puisi dapat digunakan untuk pembelajaran sastra nan bisa meningkatkan keterampilan berpendidikan. Ketangkasan mengaji, menyimak, berkata, dan menulis dapat dilakukan melintasi tembang. Keterampilan membaca dilakukan dengan pembacaan puisi. Keterampilan menyimak dapat dilatih dengan cara mendengarkan syair yang dibacakan melalui rekaman. Sementara itu, keterampilan berbicara dapat terlatih dengan turut serta kerumahtanggaan dolan drama. Sementara itu, keterampilan menulis dilatih dengan kegiatan diskusi sastra yang hasilnya dapat dituliskan dalam gambar esai ataupun syair.[26]

Syair n domestik pengajian pengkajian sastra memiliki poin guna apabila dapat menerimakan hiburan dan manfaat. Kemustajaban syair dalam pembelajaran sastra ialah belas kasih angka-nilia yang berkaitan dengan tujuan arwah manusia. Selain itu, kebermanfaatan puisi juga diperoleh dari segi pemerolehan maklumat dari majemuk teori hasil pengembangan dalam penelitian varietas sastra.[27]

Berikut beberapa hal yang terlazim diperhatikan n domestik membaca sajak.

  • Rima dan irama
  • Artikulasi
  • Ekspresi mimik wajah
  • Pernafasan
  • Vokal
  • Intonasi[28]
  • Geguritan
  • Periode Tembang Dunia

  1. ^

    “Manfaat kata puisi – Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online”. kbbi.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal
    2019-02-22
    .



  2. ^

    Mahliatussikah 2015, hlm. 11.

  3. ^

    Emzir; Rohman, Syaifur; Wicaksono, Andri. Tentang Sastra: Orkestrasi Teori dan Pembelajarannya. Sleman: Garudhawaca. hlm. 239–241. ISBN 978-602-6581-36-5.



  4. ^

    Emzir; Rohman, Syaifur; Wicaksono, Andri. Akan halnya Sastra: Orkestrasi Teori dan Pembelajarannya. Sleman: Garudhawaca. hlm. 232. ISBN 978-602-6581-36-5.



  5. ^

    Ahyar 2019, hlm. 35.
  6. ^
    a
    b

    Ahyar 2019, hlm. 36.

  7. ^

    Ahyar 2019, hlm. 35-36.

  8. ^

    Sumaryanto 2010, hlm. 9-10.

  9. ^

    Kosasih 2008, hlm. 9.
  10. ^
    a
    b

    Sumaryanto 2010, hlm. 15.
  11. ^
    a
    b

    Kosasih 2008, hlm. 11.

  12. ^

    Sumaryanto 2010, hlm. 13.

  13. ^

    Kosasih 2008, hlm. 13.
  14. ^
    a
    b

    Sumaryanto 2010, hlm. 11.

  15. ^

    Sumaryanto 2010, hlm. 36.
  16. ^
    a
    b

    Sumaryanto 2010, hlm. 16.
  17. ^
    a
    b

    Sumaryanto 2010, hlm. 17.

  18. ^

    Sumaryanto 2010, hlm. 18.

  19. ^

    Ahyar 2019, hlm. 37-38.

  20. ^

    “Kebaikan kata ode – Kamus Osean Bahasa Indonesia (KBBI) Online”. kbbi.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal
    2019-02-22
    .



  21. ^

    Remy., Sylado, (2004). Sajak mbeling (edisi ke-Cet. 1). Jakarta: Kepustakaan Tersohor Gramedia. ISBN 9799100127. OCLC 58535904.



  22. ^

    Nuryatin dan Irawati 2016, hlm. 36.

  23. ^

    Nuryatin dan Irawati 2016, hlm. 35.

  24. ^

    Mahliatussikah 2015, hlm. 12.

  25. ^

    Mahliatussikah 2015, hlm. 11-12.

  26. ^

    Suswandari dan Hatmo 2018, hlm. 5-6.

  27. ^

    Suswandari dan Hatmo 2018, hlm. 7-8.

  28. ^

    Suherli, dkk (2017). Bahasa Indonesia. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 252. ISBN 987-602-427-098-8.


  1. Ahyar, Juni (Oktober 2019). Apa Itu Sastra: Spesies-Jenis Karya Sastra dan Bagaimanakah Cara Menulis dan Mengapresiasi Sastra
    (PDF). Yogyakarta: Deepublish. ISBN 978-623-02-0145-5.

  2. Kosasih, E. (2008). Apresiasi Sastra Indonesia
    (PDF). Jakarta: Nobel Edumedia. ISBN 978-602-8219-57-0.

  3. Nuryatin, A., dan Irawati, R. P. (2016). Pengajian pengkajian Batik Cerpen
    (PDF). Semarang: Penerbit Cipta Prima Nusantara. ISBN 978-602-8054-88-1.

  4. Mahliatussikah, Hanik (2015). Pembelajaran Puisi Teori dan Penerapannya dalam Kajian Puisi Arab
    (PDF). Malang: Universitas Negeri Malang. ISBN 978-979-495-785-1.

  5. Sumaryanto (2010). Mengenal Puisi dan Syair. Semarang: PT. Sindur Press. ISBN 978-979-067-054-9.

  6. Afrizatul (2020), Puisi Rakyat: Denotasi, Jenis, Unsur serta Acuan.
  7. Suswandari, M., dan Hatmo, K. T. (2018). Ontologi Puisi
    (PDF). Kebumen: CV. Intishar Publishing. ISBN 978-602-5692-57-4.

  8. Teknobae.com (2022), Kumpulan Puisi Tersentuh perasaan dan Penuh Makna Tentang Ibu.

Wikimedia Commons memiliki media akan halnya
poetry.

Diperoleh semenjak “https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Syair&oldid=21499798”

Membaca Puisi Selain Intonasi Yang Jelas Diperlukan

Source: https://apacode.com/tuliskan-tiga-hal-yang-harus-diperhatikan-dalam-memilih-kata-saat-membuat-puisi