Perlawanan Kaum Padri Masa Perjuangan Perjuangan Melawan Ringkasan Perjuangan.
Perang Padri merupakan salah suatu lembaga penolakan rakyat lega masa pendudukan Belanda. Namun, tahukah kamu jika awal mula permasalahannya berpangkal dari peperangan antar saudara? Jika penasaran ingin memahami ulasannya kian lanjut, mending sekalian cek saja artikel ki kenangan Perang Pastor berikut ini.
Saat masa pendudukan Belanda, terjadi perlawanan rakyat di berbagai daerah. Penyebabnya tak lain dan tak tidak karena spirit rakyat nan semakin menderita. Salah satu peperangan dalam rekaman penundukan Belanda berasal semenjak Sumatra Barat nan kemudian dikenal dengan Perang Padri.
Sepatutnya ada, perang tersebut sudah terjadi tiba periode 1803. Pada mulanya yakni perbantahan sesama saudara. Akan tetapi, Belanda masuk dan membuat kecemburuan itu semakin runyam.
Hingga kemudian, kedua belah pihak yang bertempur itu menjadi satu dan berbalik menjajari Belanda. Kira-kira seperti apa kronologinya? Daripada umumnya basa-basi, kamu bisa serempak saja membaca sejarah lengkap Perang Padri di radiks ini, ya!
Sejarah Latar Pinggul Terjadinya Perang Padri
Mata air: Wikimedia Commons
Sebelum membahas seterusnya akan halnya memori perang antara rakyat Sumatra Barat menimbangi Belanda, bukan cak semau salahnya bakal menyimak latar belakang terjadinya peristiwa tersebut. Keseleo satu peperangan terlama di Indonesia tersebut bermula dari perseteruan antara kaum Padri dan kabilah Rasam.
Terbentuknya Kaum Pendeta dan Suku bangsa Resan
Latar bokong sejarah bermulanya Perang Padri bermula dari berkembangnya peka Wahabi nan dipelajari oleh pemuka agama alias suku bangsa terdidik. Baik itu kapan menunaikan ibadah haji ataupun memang berniat cak bagi belajar agama di Arab Saudi.
Sepulangnya dari sana, insan-individu tersebut mengalami banyak peralihan. Tak hanya cara berpakaian yang menyarungkan jubah seperti cucu adam Arab tetapi. Akan saja, perubahan terlihat jelas intern perilaku mereka sehari-hari.
Cukuplah, jubah yang dikenakan tersebut kemudian digunakan seumpama identitas yang membebaskan pemuka agama dengan rakyat lazim maupun orang-orang Belanda. Dengan kata lain, jubah tersebut ialah penanda untuk khalayak yang memiliki panjang hobatan agama Islam yang tinggi.
Seputar tahun 1800-an, agama Islam mengalami perkembangan yang dapat dibilang sangat pesat. Kejadian tersebut kemudian menyorongkan dua kubu di masyarakat yang sangat langgeng, yaitu suku bangsa Pastor dan kabilah Resan.
Kaum Rohaniwan yaitu golongan pemuka agama. Akan halnya asal-usulnya namanya, imam berasal dari bahasa Spanyol, yaitu “padree” nan berguna pemuka agama. Golongan ini mengemban tujuan mulia untuk camur agama Selam di Minangkabau, Sumatra Barat.
Sementara itu, kubu nan satunya merupakan kaum Adat. Sesuai dengan namanya, anggota dari kaum ini merupakan mereka yang masih memegang tegus adat istiadat dan tradisi leluhur. Meskipun seperti itu, sebagian raksasa dari mereka sudah masuk Islam.
Baca lagi: Mengenal Lebih Dempet dengan Sosok Yang dipertuan Suriansyah, Pendiri pecah Kerajaan Saf
Munculnya Kecemburuan Antara Kaum Padri dan Suku bangsa Sifat
Benih-benih perang menginjak tumbuh ketika kaum Rohaniwan berusaha untuk memurnikan sejarah tradisi ataupun adat yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam. Pada waktu itu, tradisi-pagar adat yang masih dilakukan maka itu kaum Adat memang bertentangan dengan ilham agama. Contohnya yakni mengamalkan sabung ayam aduan, suka minum-ciu, atau memakai madat.
Selain itu, yang menciptakan menjadikan suku bangsa Pater miris yaitu ibadah mesti enggak dilaksanakan dengan benar oleh kabilah Adat. Maka mulai sejak itu, para pemuka tersebut ingin mengepas memperbaiki hal tersebut dengan membawa kaum Adat ke arah yang menurut mereka lebih benar.
Perdebatan sengit yang lainnya terjadi karena penentuan pendistribusian waris. Seandainya menurut budaya Minangkabau yang telah berlangsung turun temurun, sepatutnya pembagian tersebut diambil berasal garis pertalian keluarga perempuan alias matrilineal.
Sementara itu, di agama Islam peraturannya adalah diambil dari garis keturunan laki-laki atau patrilineal. Bahkan, Syekh Ahmad Khatib pun mengutuk budaya matrilineal tersebut.
Pada tahun 1803, terserah tiga makhluk haji yang pulang ke Minang. Mereka adalah Haji Miskin, Haji Piobang, dan Haji Sumanik. Konon, ketiga haji tersebut dulunya pernah menjadi tentara Turki momen terlibat pertentangan dengan Kerajaan Prancis.
Setelah itu, mereka menjumpai ulama-ulama nan tak dengan rencana cak bagi memurnikan rakyat berpokok adat-adat yang menyimpang dari ajaran agama Selam. Dari pertemuan tersebut, lahirlah Harimau Nan Salapan.
Bagi nan belum luang, Macan yang Salapan ialah cerdik pandai-ulama nan ditunjuk untuk menjadi dewan untuk membersihkan umat dari rasam-aturan yang tidak sesuai dengan visiun Selam. Anggotanya ada delapan sosok, yaitu Paduka tuan Mansingan, Pangeran nan Renceh, Sri paduka Barapi, Tuanku Kapau, Paduka Lubuk Aur, Paduka Ladang Lawas, Tuanku Galung, dan Tuanku Padang Asing.
Baca sekali lagi: Peninggalan-Peninggalan Rekaman Era Kerajaan Ternate yang Masih Ada Setakat Kini
Masalah Semakin Memanas
Sesudah dewan ulama terbentuk, mereka memulai agendanya lakukan “memurnikan” rakyat Minangkabau. Pelecok satu caranya adalah dengan mengirim seorang ulama bernama Kanjeng sultan Lintau biar membujuk penasihat kaum Sifat bagi selengkapnya menjalankan syariat Islam.
Si atasan, yaitu Syah Pagaruyung Sri paduka Arifin Muningsyah, tentu saja enggak terlalu mengesir ide tersebut. Karena sesuai dengan prinsip yang dipegangnya, kalau tali peranti itu harus dipegang teguh.
Kehasadan semakin memanas ketika Haji Miskin yang merupakan salah seorang anggota kaum Imam berangkat melarang warga bagi berbuat sabung ayam aduan. Anda kembali tidak rikuh-segan buat membakar arena sabung ayam jago.
Hal tersebut tentu saja membuat kaum Adat marah. Mereka kemudian mengejar dan berusaha merajut Haji Miskin nan puas saat itu seram meminta perlindungan kepada Maung nan Salapan.
Pada awalnya, Harimau yang Salapan tersebut melakukan urun pendapat dengan ulama lain yang bernama Yamtuan nan Tuo. Menurutnya, lebih baik memurnikan ajaran Islam dengan menggunakan prinsip-pendirian yang halus. Karena kalau menunggangi cara kasar, nantinya malah terjadi peperangan nan tidak akan afiliasi lampau.
Semata-mata entah cak kenapa, pada balasannya yang disetujui bersama adalah yang menggunakan urut-urutan kekerasan. Maka dari itu, pertentangan antar kedua kubu tak dapat dihindarkan.
Baca lagi: Ulasan Lengkap Mengenai Silsilah Raja-Sri paduka yang Pernah Mengarak Kerajaan Kediri
Meletusnya Perang Pendeta
Sumber: Wikimedia Commons
Menurut gubahan sejarah, penyebab meletusnya perang Padri yaitu sehabis kaum Padri melantamkan jihad buat mengganjar kaum Kebiasaan. Dengan menggunakan jalur kekerasan, mereka lain segan-sungkan untuk memenggal para sesepuh dan juga menyalakan rumah-kondominium adat.
Hanya pasca- semua itu dilakukan, suku bangsa Adat termenung. Mereka taat lega pendirian bikin menjabat teguh sifat leluhur.
Sampai pada perian 1815, kabilah Padri kehilangan toleransi dan kemudin mengkritik Kerajaan Paguruyung. Penyerangan tersebut dipimpin maka dari itu Prabu Pasaman.
Pertempuran hebat sekali lagi pecah di Koto Tengah. Kedua benteng tersebut tukar serang sehingga banyak sekali korban jiwa bertetesan. Tidak sahaja dari rakyat biasa, tetapi sekali lagi anggota imperium.
Karena situasi imperium yang lampau kacau, Sultan Arifin Muningsyah kemudian lari kerjakan menyelamatkan diri. Pasalnya, Puri Paguruyung habis terbakar akibat penangkisan itu dan cuma tersisa puing-puingnya. Adapun gambaran kondisi medan tersebut pernah tercantum intern catatan kepunyaan Raffles nan berkunjung ke sana sekitar tahun 1818.
Awal Mula Campur Tangan Belanda
Kaum Padri tidak kenal letih buat melancarkan serangan. Hal tersebut tentu saja membuat kabilah Adat menjadi tertekan. Apalagi lagi, Kaisar Arifin Muningsyah tidak diketahui keberadaannya.
Maka dari itu, dengan diwakili maka itu Sultan Tangkal Liwa Bagagar, kabilah Aturan meminta tolong kepada Belanda. Sesudah hingga ke kesepakatan yang diinginkan, kedua belah pihak secara resmi menandatangani perjanjian itu pada tanggal 21 Februari 1821.
Hal tersebut pun berarti bahwa Kerajaan Pagaruyung menjadi milik pemerintah Hinda Belanda. Selanjutnya, Kanjeng sultan Tangkal Pataka diangkat sebagai Regent Tanah Datar.
Bukan berapa lama kemudian, Belanda mengirimkan pasukannya untuk menabok mundur legiun Suku bangsa Padri. Mereka tak mengirimkan pasukan sampai ke perbukitan hingga pelosok Minang.
Plong bulan April 1821, kaum Adat yang berkoalisi dengan Belanda kemudian menyerang wilayah Berat Air dan Simawang. Invasi itu dipimpin makanya Mualim Goffinet dan Kapten Dienema. Pada pengunci tahun, dikirimkan lagi pasukan didikan Letkol Raff untuk memperteguh kubu.
Baca juga: Bukti Warisan-Peninggalan Rekaman dari Kerajaan Gowa-Tallo, Serambi Mekah di Indonesia Timur
Kronologi Sejarah Perang Padri I
Sendang: Wikimedia Commons
Gabungan laskar Belanda dan kaum Adat tersebut bau kencur dapat mengusir pasukan kaum Padri keluar dari Pagaruyung pada tanggal 4 Maret 1822. Suku bangsa ulama itu kemudian menyingkir ke daerah Lintau cak bagi menyusun rencana pembalasan.
Darurat bikin menancapkan kekuasaan, Belanda kemudian membangun Benteng Van De Capellen. Sesudah itu, mereka terus melakukan usahanya penyerangan terhadap kabilah Padri.
Pada awalnya, barisan Belanda tersebut berdampak membuat kaum ulama keteteran. Namun, kurnia mereka melemah ketika Nakhoda Goffinet meninggal dunia pada wulan September 1822. Peristiwa itu membuat pasukannya harus mundur karena tidak sanggup menghadapi armada Padri nan dipimpin maka itu Kaisar Yang Renceh.
Selanjutnya pada rembulan April 1823, Letnan Kolonel Raaff mengerahkan legiun lakukan mencela Lintau. Resistansi ini berlangsung sejenis itu sengit karena kaum seperti itu gigih gebah gempuran lawan.
Karena tidak membuahkan hasil, bala Belanda juga pun ke Batusangkar. Alasan lainnya ialah karena si pemimpin meninggal mayapada.
Di tengah kekisruhan tersebut, sekitar masa 1824 Sultan Arifin sekonyongkonyong juga ke Pagaruyung. Hanya, kedatangannya bukan sesak berpengaruh banyak. Hal tersebut dikarenakan setahun kemudian ia meninggal manjapada.
Laskar Belanda masih belum mau menyerah dan kemudian melakukan penyerangan yang dipimpin oleh Mayor Frans Laemlin. Pada rembulan September 1824, pasukannya berhasil merebut daera Koto Tuo, Ampang Gadang, Kapau, dan pun Biaro. Sayangnya, sang majikan pasukan meninggal bumi di akhir tahun 1824 karena luka parah.
Baca kembali: Ulasan tentang Raden Patah, Sang Pendiri Kekaisaran Demak nan Masih Keturunan Ningrat
Berbuat Gencatan Senjata
Melakukan perjuangan dengan Kabilah Padri rupanya membentuk Belanda merasa kesulitan. Mereka tidak hanya mengerahkan tenaga tetapi, doang juga menghabiskan dana. Belum lagi, mereka juga harus menghadapi persangkalan di wilayah tak.
Karena pertimbangan dana yang sudah lalu semakin menipis, kesudahannya Belanda berinisiatif untuk mengamalkan gencatan senjata dengan Kaum Rohaniwan. Untuk yang belum senggang, gencatan senjata adalah lega hati bersama antar pihak yang berkonflik kerjakan menghentikan perlawanan. Durasinya boleh saja sementara, tetapi pula dapat dalam musim yang lebih lama.
Pemerintah Hindia Belanda kemudian mengutus residennya nan berada di Padang kerjakan membuat perjanjian gencatan senjata dengan kaum Padri. Plong waktu itu, kaum golongan jamhur congah di bawah kepemimpinan Tuanku Imam Bonjol.
Pada tanggal 15 November 1825, kesepakatan antar kedua belah pihak itu resmi ditandatangani. Yang kemudian dikenal dengan tanda Perjanjian Masang. Lakukan provisional, hal di Sumatra Barat menjadi lebih terkendali.
Akan tetapi, perdamaian tersebut rupanya bukan dapat diterima maka dari itu kaum Kebiasaan. Bakal melampiaskan kekecewaaan, mereka kemudian berbalik memusuhi Belanda.
Situasi ini kemudian menciptakan menjadikan takhta Belanda menjadi serba elusif. Pasukan mereka tidak mendapatkan dukungan penuh dari kaum Adat, provisional itu juga tak dapat menaklukkan Kaum Padri.
Tuanku Pendeta Boncol Mengajak Kabilah Adat buat Berdamai
Nama putih terbit Tuanku Imam Benjol adalah Muhammad Shahab. Engkau diangkat menjadi pemimpin kaum Pastor setelah Tuanku Nan Renceh meninggal bumi.
Meskipun yaitu anggota ulama, laki-suami tersebut selayaknya tidak terlalu menyetujui tindakan golongannya yang menyerang kabilah Adat. Karena bagaimana pun, mereka masih satu saudara.
Makanya ketika menjadi pemimpin dan ada ganggang kerjakan berdamai dengan kaum Sifat, ia menggunakan kesempatan tersebut dengan seindah mungkin. Terlebih juga, peristiwa Belanda memang sedang lemah. Dirinya cak hendak membangunkan bahwa yang menjadi kebalikan sepatutnya ada ialah Belanda.
Yamtuan Iman Daging tumbuh kembali menjemput perwakilan kaum resan ke Ardi Marapalam yang terwalak di Kabupaten Lahan Membosankan. Pada awalnya perundingan kedua kubu memang tidak berjalan berlebih baik. Namun karenanya, kesepakatan bersama yang diimpikan terjadi sekali lagi.
Lega hati itu diberi nama Poster Puncak Pato. Isinya adalah lakukan takhlik rasam Minangkabau yang bersendikan agama Islam, dan Selam yang beralaskan Al-Qur’an.
Baca lagi: Peninggalan-Peninggalan Album yang Membuktikan Kedatangan Kerajaan Banten
Memori Perang Padri Jilid II
Sumber: Wikimedia Commons
Gencatan senjata privat ki kenangan Perang Padri yang pertama tidaklah berlanjut lama. Sehabis berakibat bangkit dari keterpurukan ekonomi, Belanda kembali mengingkari perjanjian yang dibuat.
Salah suatu alasannya ialah karena mereka mau menguasai daerah perkebunan pertinggal di Minangkabau. Arsip merupakan salah suatu komoditi andalan hak Belanda. Maka itu, mereka ingin menaklukkan kaum Padri supaya lebih leluasa dalam menguasai perkebunan.
Sebagai langkah tadinya, pasukan Belanda kemudian kecam nagari Pandai Sikek. Selanjutnya, mereka mendirikan sebuah benteng bernama Fort de Kock di Bukittinggi.
Terbit danau, Belanda terus bergerak untuk menundukkan area-darah basis hoki kaum Padri. Enggak hanya wilayah Lintau, tetapi pula Luhak Kapling Datar berhasil dikuasai.
Peristiwa ini kemudian menciptakan menjadikan pihak antiwirawan menjadi kalang kabut. Terlebih lagi, Belanda mendapatkan tentara tambahan dari Jakarta supaya aksi penaklukkan tersebut bisa berjalan makin cepat.
Selepas wulan Oktober 1832, banyak sekali daerah-daerah yang sudah ditaklukkan makanya Belanda. Kaum Padri terdesak berpokok mana-nama dan kemudian berkeras hati di daerah Ketuat.
Sreg mulanya musim 1833, kubu kaum ulama sempat mengamalkan balas dendam dengan mengamati baluwarti baluwarti Belanda. Penyerangan nan dipimpin oleh Tuanku Rao tersebut berhasil melumpuhkan armada Belanda.
Sayang sekali, kesuksesan itu tidak berkeras hati lama. Karena kalah persenjataan, pasukannya harus tertekan mundur. Justru juga, si pemimpin terluka parah karena ditembaki tanpa ampun maka itu Belanda.
Akhir hidup Tuanku Rao dapat dibilang sangat mengenaskan. N domestik keadaan sekarat, kamu ditangkap makanya Belanda kerjakan diasingkan. Ketika intern perjalanan ke gelanggang pembuangan, kamu meninggal dunia dan jasadnya di buang ke laut.
Kontan Melawan Belanda
Situasi di atas kemudian semakin mengoptimalkan semangat persatuan rakyat kerjakan mengusir Belanda dari Minangkabau. Seperti nan telah sira luang, kaum Padri dan Kebiasaan sudah lalu sejadi kerjakan menggabungkan kemujaraban.
Peristiwa menjadi semakin memanas setelah banyak benteng pertahanan Belanda diserang. Bahan tewas dari kedua belah pihak tentu saja bukan terhindarkan.
Di tengah kesimpangsiuran tersebut, Belanda menangkap Sultan Tangkal Alam karena dianggap berkhianat. Beliau ditengarai turut membidas benteng kubu milik mereka. Biar sempat menyangkal, ia tetap sahaja dicopot berbunga jabatan andai Regent Tanah Datar lalu dibuang ke Batavia.
Namun dari kejadian tersebut, pihak Belanda kemudian mencatat kalau kedua kaum yang berseteru itu sudah lalu bekerja sama. Bikin terbatas meredam hal, pemerintah Belanda kemudian mengeluarkan sebuah pengumuman, merupakan Plakat Panjang.
Isinya adalah Belanda datang ke sana hanya buat berdagang, tidak buat menguasai. Selain itu, mereka akan menjagakan jalan dan sekolah. Tentu saja itu hanya pemanis namun karena mereka mengharapkan rakyat untuk menanam sahifah dan harus menjualnya kepada Belanda.
Baca juga: Informasi akan halnya Epigraf Bersejarah Warisan Kerajaan Sriwijaya yang Teristiadat Kamu Ketahui
Usaha Penyerangan Benteng Bonjol
Perigi: Wikimedia Commons
Pada copot 23 Agustus 1833, Van den Bosch cak bertengger ke Padang. Ia menunangi mengapa penaklukkan di kewedanan tersebut berjalan seperti itu lambat.
Sehabis itu, para petinggi Belanda di Hindia Belanda mengamalkan perjumpaan. Kesannya yaitu sebelum tanggal 16 September 1833, mereka harus sudah menjerumuskan markas utama hak kaum Imam, yaitu Pertahanan Bonjol.
Darurat itu, kaum Padri dan Adat mengetahui mengenai rencana serangan Belanda. Mereka kemudian mengatur siasat perang. N domestik perang Padri kali ini, mereka akan menggunakan anak kunci serangan gerilya.
Detik waktunya berangkat, politik gerilya tersebut ternyata cukup ampuh buat menghalau serangan pasukan Belanda. Mereka bahkan boleh menggarong persenjataan milik legiun lawan. Penyerangan bisa jadi ini dianggap sebuah pil.
Pada tahun 1834, Belanda kemudian fokus cak bagi membangun infrastruktur jalan menuju Baluwarti Bonjol. Selain untuk memperlancar mobilitas, gunanya yaitu supaya kian mudah mematahkan strategi gerilya milik antagonis.
Sehabis selesai, pasukan Belanda berangkat mengalir untuk mencaci Benteng Bonjol dengan dipimpin maka dari itu Letnan Kolone Bauer. Pertempuran kembali berpangkal di daerah Sipisang yang merupakan daerah basis suku bangsa Pendeta.
Balasan yang terjadi sepanjang tiga tahun tiga lilin lebah tersebut akhirnya dimenangkan oleh Belanda. Pasukan Imam terdesak dan kemudian bersembunyi ke hutan. Wilayah itu pun dikuasai dan dijadikan basecamp Belanda untuk sementara.
Selanjutnya, Belanda semakin bergerak mendekati Pertahanan Punuk. Setelah semakin erat, mereka kemudian menembaki benteng memperalat meriam.
Baca juga: Narasi Lengkap tentang Sultan Maulana Hasanuddin, Sang Pembangun Kerajaan Banten
Baluwarti Kutil Berhasil Dikepung
Barisan Belanda berhasil mengepung wilayah sekitar Baluwarti Bonjol yang terletak di atas sebuah dolok bernama Tajadi. Meskipun terkepung, tentu saja kaum Imam enggak takluk serupa itu saja. Lagipula, benteng tersebut sudah ditata sedemikian rupa sehingga tidak mudah diambil alih.
Bakal semakin menekan pihak lawan, Belanda kemudian memblokade semua akses nan membidik ke benteng tersebut. Pada awalnya, mereka bertujuan lakukan menghentikan cadangan senjata dan makanan.
Namun, situasi tersebut malah menjadi boomerang. Pasalnya, kaum Padri kesannya secara mengendap-endap mencuil perbekalan milik Belanda. Selain itu, kaum cerdik pandai tersebut patuh mendapatkan armada sambung tangan dari simpatisannya yang berada di luar negeri benteng.
Pertarungan nan sengit antara kedua benteng terus terjadi. Pada rembulan Agustus 1935, pihak Belanda menyerang kubu setelah mendapatkan uluran tangan dari Bugis.
Selanjutnya, ofensif itu dibalas oleh kabilah Padri dengan mencacat markas baluwarti Belanda sebulan kemudian. Kedudukan mereka masih sama-sekelas abadi sehingga keadaan bertahan serupa itu selama beberapa tahun.
Akan tetapi, keadaan itu pula yang puas akhirnya menggiatkan semangat juang dan keberanian rakyat di sekitar benteng bagi menyerang Belanda. Tidak main-main, mereka malah berhasil membuang bangsa penjajah itu menjadi kewalahan.
Baca pun: Peninggalan-Pusaka Bersejarah Peruntungan Kerajaan Aceh Darussalam yang Masih Ada Sebatas Masa ini
Akhir dari Kisah Memori Perang Padri
Sumur: Wikimedia Commons
Perang Pater merupakan salah satu perang yang paling kecil lama dalam sejarah. Justru dari penyerangan Benteng Boncol pertama, Belanda plonco tekun dapat menaklukkan setahun kemudian.
Kegigihan kaum Padri yang didukung oleh rakyat bikin mempertahkan pertahanan tersebut memang sangatlah luar baku. Semata-mata sepertinya memang tentangan pada masa itu memang telah harus menemui tutul jadinya.
Pada rontok 3 desember 1836, barisan Belanda akhirnya mengadakan serbuan meriah. Mereka menyerang benteng berasal segala penjuru. Mungkin ini, penjajah tersebut berhasil menjebol pertahanan sehingga dapat timbrung ke dalam baluwarti.
Pertumpahan darah tidak dapat dihindarkan. Banyak sekali mangsa hidup yang jatuh dari kedua kubu. Meskipun sedemikian itu, masih belum dapat melumpuhkan faedah kaum Padri.
Hingga kemudian, lega wulan Maret tahun 1837, Belanda berusaha pun kerjakan melumpuhkan kebaikan lawan dengan membawa lebih banyak pasukan. Kian dari 5.000 tentara didatangkan berasal bermacam rupa wilayah bakal menyerang pertahanan Benjol.
Selama minus lebih enam wulan, pasukan tersebut terus menerus melakukan ofensif. Sebatas akhirnya, mereka berhasil mencuil alih Pertahanan Gambol puas rontok 16 Agustus 1837.
Penggerebekan Tuanku Imam Bonjol
Saat Benteng Bonjol dapat ditaklukkan oleh Belanda, Tuanku Pastor Bonjol beserta para pengikutnya berhasil melarikan diri. Selama dalam pelarian itu, ia berusaha untuk mengeset rahasia meskipun pasukannya tercerai berai dan tinggal sedikit.
Sayangnya, masa pelarian itu tidaklah lama. Dengan menggunakan tipu buku, pemimpin kaum Padri tersebut boleh ditangkap oleh Belanda puas tanggal 28 Oktober 1837.
Ia kemudian diasingkan ke Cianjur. Setelah itu dibuang lagi ke Ambon pada akhirusanah 1838.
Bukan berhenti di situ, Sultan Imam Caplak kemudian dipindahkan lagi ke Lotta, Minahasa. Selama kurun perian 27 tahun, beliau menjalani hari lembaga pemasyarakatan di panggung tersebut. Anda meninggal dunia di sana lega rontok 8 November 1864.
Dalam catatan sejarah, penangkapan Tuanku Imam Bonjol bukanlah akhir dari Perang Pater. Peperangan melawan Belanda masih tetap dilanjutkan maka dari itu Tuanku Tambusai.
Namun, pasukannya tidak mengotot lama. Akhirnya di penghujung tahun 1838, wilayah Kerajaan Paguruyung resmi jatuh ke tangan Pemerintah Belanda. Hal ini kemudian melambangkan berakhirnya perang yang sudah terjadi sejauh puluhan tahun itu.
Baca juga: Proklamasi Lengkap mengenai Ken Arok, Sang Pendiri Kerajaan Singasari yang Punya Zaman dulu Kelam
Ulasan Lengkap tentang Sejarah Perang Padri
Demikianlah takrif komplet tentang sejarah Perang Pendeta yang dapat beliau simak di sini. Cukup tinggi memang, tapi semoga semata-mata dapat menggunung wawasanmu setelah membacanya, ya!
Nah, di PosKata kamu nggak hanya bisa mendapatkan ulasan mengenai masa-perian kolonialisme di Indonesia sahaja, lho. Kalau ingin membaca tentang album kekaisaran-kerajaan ada di nusantara juga bisa.
Bukan hanya kerajaan bercorak Islam sebagai halnya Samudra Pasai, Aceh Darussalam, dan Mataram Selam namun, kok. Akan tetapi, cak semau lagi tentang kerajaan Hindu-Buddha seperti Sriwijaya, Tarumanegara, Singasari, dan masih banyak sekali lagi. Kaprikornus, tunggu apalagi? Cek terus PosKata, ya!
Perlawanan Kaum Padri Masa Perjuangan Perjuangan Melawan Ringkasan Perjuangan
Source: https://www.poskata.com/histori/sejarah-perang-padri/