Sebutkan Empat Jalan Untuk Mencapai Moksa.
MUTIARAHINDU – Lega postingan sebelumnya yakni Signifikasi dan Tingkatan Moksa, penulis telah menggunjingkan bahwa moksa merupakan tujuan penghabisan dari umat Hindu. Moksa juga merupakan bagian dari Catur Purusa Artha ialah dharma, artha, kama, dan Moksa. Bahandur dalam Kondra (2015:38) mengklarifikasi bahwa moksa atau manunggalnya Atman dengan Brahman, menurut kitab-kitab Upanisad boleh dicapai privat umur di dunia atau pada saat reinkarnasi ini alias selepas seseorang meninggal marcapada.
![]() |
Foto; Tersendiri |
Dalam wahi agama disebutkan cak semau empat jalan buat mencapai “moksartham jagadhita ya ca iti dharma” atau mencapai jagadhita (kedamaian jasmani) alias moksa (ketentraman abadi atau hayat abadi) (Suhardana, 2010: 65). Ada pun ke empat mandu tersebut dikenal dengan Catur Marga Yoga. Catur marga yoga yaitu catur urut-urutan (cara) umat Hindu cak bagi memfokus Sang Hyang Widhi Wasa (Brahman).
1. Bhakti Marga (Bhakti Yoga)
Merupakan urut-urutan menumpu moksa dengan kaidah mengerjakan kebaktian yang betul-betul Kepada Sang Hyang Widhi Wasa (Brahman) dengan landasan pengabdian yang kudus iklas, pasra, penuh cinta rahmat serta mengasihkan diri kepada Hyang Widhi sepenuhnya.
Kronologi Bhakti Marga dikenal pun dengan merek Bhakti Marga Yoga. Bakti seorang bermanfaat hormat, taat, sujud, menyembah, persembahan, hadiah (Ngurah Dwaja dan Mudana, 2015: 12). Manusia yang menempu jalan ini disebut Bhakta. Untuk mencapai kronologi ini maka dia wajib memegang tunak tajali Tat Twam Asi, menebarkan rasa kasih comar tanpa batas kepada semua mahkluk roh, dan menghilangkan rasa kebencian, ketidakadilan, iri dengki dan kegelisahan atau kegelisahan. Semua kejadian-situasi destruktif harus dihilangkan.
Suhardana (2010 : 35 – 36) dalam bukunya “Moksa Brahman Atman Aikhyam” mengutip Bhagavadgita bab 12 sloka 19, 20 dan 55 mengatakan bahwa “ia yang menganggap sama suara dan pujian, memufakati apa sahaja nan datang tanpa diikuti oleh gelanggang yang teguh dan teguh internal pikiran, nan berbakti demikian yaitu kecitaan Ku (allah).
Mereka yang penuh ajun mematok Halikuljabbar (Brahman) perumpamaan tujuannya nan tertinggi, mengikuti pengetahuan nan abadi, berbakti, mengetahui Allah nan sebenarnya, pada hakekatnya akan mencapai moksa dikemudian hari.
Bisa disimpulkan bahwa seorang bhakta hendaknya majuh berusaha melalaikan kebenciannya kepada semua makhluk dan selalu berusaha mengembangkan resan-sifat Maitri, Karuna, Mudita dan Upeksa (Catur Paramita) sehingga terbebas dari belenggu keakuan (ahamkara).
2. Karma Marga (Karma Yoga)
Adalah jalan menjurus moksa dengan cara bekerja atau berkarya. Urut-urutan ini dikenal juga dengan etiket Karma Marga Yoga. Seseorang yang menempuh jalan ini, harus bekerja dengan kedermawanan hati tanpa terbawa pada pahala yang diolah alias kerja minus tujuan (tyaga-bhakti) (Kondra, 2015 : 28).
Inti bermula wangsit Karma Marga Yoga yakni memperlainkan semua hasil dari segala apa perbuatan. Dalam Bhagawadgita III.19 dijelaskan bahwa orang nan melaksanakan segala jalan hidup bak bentuk dari kewajiban tanpa kasmaran pada akhirnya, hamba allah itu sesungguhnya akan mencapai yang utama (Brahman).
Ngurah Dwaja dan Mudana, (2015: 14-15), mengatakan bahwa seorang karma yogi dengan menyerahkan keinginan akan pahala, beliau akan menerima pahala yang berkelebek ganda. Awam yang tinggal bersamanya akan merasa bahagia. Sebab sosok yang sudah menjejak tangga tersebut, memiliki aura kesucian yang dapat memancar berasal apa tubuhnya. Karma Yoga merupakan aktivitas kerja nan berupa di dasari dengan niat nan ceria iklas tanpa intensi.
3. Jnana Marga (Jnana Yoga)
Adalah jalan mengarah moksa dengan mandu menekuni ilmu pengetahuan kerohanian. Jalan ini dikenal juga dengan Jnana Marga Yoga. Perkembangan ini dilaksanakan oleh mereka nan memiliki tingkat keterangan yang hierarki dan daya belalah hidayah yang mendalam kepada Halikuljabbar (Suhardana, 2010: 34).
Dalam Bhagavad Gita IV.33 dijelaskan bahwa bani adam nan mempersembahkan ilmu pengetahua, lebih bermutu berasal plong ufti materi. Secara keseluruhan, semua kerja berpusat pada aji-aji pengetahuan. Sebab, dengan pengetahuan seseorang dapat mengarungi samudra kejahan (BG. IV.36). Malah n domestik Bhagawadgita V.38 dikatakan bahwa lain ada di dunia ini mengganjar virginitas kebijaksanaan (ilmu deklarasi).
Jnana Yoga sendiri semenjak dari kata Jnana nan artinya pengetahuan (kebijaksanaan filsafat) sementara itu Yoga berasal dari kata Yuj nan artinya menghubungkan. Jadi Jnana Yoga artinya mempersatukan Atman (jiwatman) dengan Brahman (paramatman) yang dicapai dengan jalan mempelajari ilmu kabar (Ngurah Dwaja dan Mudana, 2015: 15).
Kebebasan pertalian keduniawian dengan menempu urut-urutan ini dapat dilakukan dengan membidikkan barang apa manah kita, memaksanya kepada kebiasaan-kebiasaan suci, dan menunggalkan pikiran kepada-Nya (dhyana yoga).
4. Yoga Marga (Syah Yoga)
Adalah jalan menentang moksa dengan cara melangkaui pengendalian diri dan melaksanakan wahyu Astangga Yoga. Kronologi ini dikenal juga dengan stempel Sri paduka Marga Yoga. Inti berbunga ajaran ini adalah pemusatan pikiran kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan), melalu perenungan dan Samadhi. Pelaksanaan Yoga Marga melangkahi tahapan-tahapan Astangga Yoga (Suhardana, 2010: 35). Sloka yang berkaitan dengan Raja Yoga dapat dilihat pada Bhagavadgita VI.31 dan 32.
Seseorang nan ingin menempuh perkembangan ini diwajibkan punya guru, sebab perkembangan Raja Yoga sangat langka dan mistik (rohani). Untuk menjejak petunjuk ini, ada tiga jalan pelaksanaan yang ditempuh maka dari itu para Yogin yaitu berbuat tapa-brata (pengedalian emosi atau nafsu yang ada n domestik diri kita ke sisi nan konkret) dan samadhi yaitu latihan bakal dapat menyatukan sang Kehidupan dengan Brahman.
Demikianlah ke empat jenis Yoga di atas mempunyai biji yang sekelas, artinya bahwa tak terserah nan lebih dominan maupun makin tekor. Semuanya dapat dipilih sesuai dengan kemampuan masing-masing orang.
Wacana
Kondra, I Nengah. 2015.
Kamus Istilah N domestik Agama Hindu. Bandung:
Ngurah Dwaja, I Gusti dan Mudana, I Nengah. 2015.
Pendidikan Agama Hindu dan Tata krama SMA/SMK Inferior XII. Jakarta: Sosi Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud.
Suhardana, Komang. 2010.
Moksa Brahman Atman Aikyam. Surabaya: Paramita.
Sebutkan Empat Jalan Untuk Mencapai Moksa
Source: https://www.mutiarahindu.com/2018/05/4-jalan-menuju-moksa.html