Sikap Kita Ketika Memilih Pemimpin Adalah.
- Ruang Dosen
- No Comments

Juru tulis : Mukhsinuddin, S.Ag., MM
Pemilahan umum secaca serentak telah kita laksanakan dengan penuh harapan bersalin pemimpin yang berkualitas walaupun Upaya penataan dan mengatasi ketegangan komandan belum berjalan secara optimal karena kita masih juga mengalami krisis multimensional dalam kepemimpinan.
Sehingga di era reformasi yang dinamis ini mengharuskan kita melakukan pertukaran mengenai makna kepemimpinan. Sehingga jangan sampai terjadi kegamangan intern memintal tipe pemimpin-pemimpin nan tepat untuk negeri yang tercinta, terutama di Aceh sebagai Negeri Hukum Islam.
Ordinansi yang berganti, pemilu dilakukan setiap boleh jadi, tapi reformasi dan perbaikan dulu berat tercurahkan. Sehingga terkesan pertukaran kepemimpinan saja identik dengan pergantian cucu adam dan eliminasi lawan yang dulu berhak. Padahal memimpin bukan amung berwajib doang yang terpenting suka-suka kemauan politik untuk mengelola segala sendang daya negara kerjakan kemakmuran rakyat amung. Aceh hari ini membutuhkan kepala berkarakter, baik di tingkat eksekutif, legislatif, dan yudikatif karena pembesar bangsa Aceh untuk memfokus Aceh nan produktif, aman dan sejahtera. Saat ini kita melihat kurangnya keteladanan perilaku pemimpin; ucapan, pernyataan, diplomasi dalam penuntasan komplikasi mendasar yang dihadapi bangsa ini . Sense-of crisis hampir-hampir punah karena yuridiksi kelebihan (interest) pribadi, keramaian, puak dan golongan, bisnis kian mendominasi, yang terjadi n domestik kehidupan masyarakat..
Pemimpin yang berkarakter kuat, cerdas, loyalitas, tegas, ternganga dan bonafide yakni impian masyarakat kita semua. Di Aceh memiliki banyak calon pemimpin yang bertabiat yang kuat. Tetapi sahaja, sekali-kali karakter nan dimilikinya bisa menjadi pupus ketika dihadapkan pada kehidupan nyata di marcapada tadbir (eksekutif, legislatif dan yudikatif) bilamana kedudukan dan kekuasaan menjadi pamrih terdepan. Pemimpin berkarakter nan diharapkan oleh rakyat adalah pemimpin yang bagak mengambil keputusan demi pembelaan terhadap roh rakyat. Pemimpin yang memiliki semangat sejenis itu yang harus diberi amanah berbarengan dukungan oleh rakyat. Lakukan itu dibutuhkan sistem dan budaya politik yang fit dan partisipatif. Dengan demikian orientasi organ-alat politik sepatutnya mengacu pada maslahat kesejahteraan rakyat sehingga bukan mendistorsi esensi demokrasi yang sudah lalu dipilih seumpama prinsip-prinsip penyelenggaraan negara, termasuk privat memilih pemimpin.
Makna berbunga Pemimpin
Dengan krisis nan semakin akut, terutama krisis kebijakan dan ekonomi, nasion ini terseok-seok menatap waktu depan. Ketegangan ekonomi kebangsaan dan ekonomi global sudah terbukti banyak bersalin keresahan sosial baru. Untuk menuntaskan krisis kebijakan dan ekonomi yang melanda negara ini, akar tunggang-akar penyebabnya haruslah segera dikikis habis. Oleh karena itu, dalam menata sukma kerakyatan yang matang, segenap warga bangsa diharapkan memilih pemimpin nan kredibel dan kafabelitas tinggi. Bos nan namun menjadi solidarity maker juga bukanlah superior yang efektif. Apalagi kepala yang hanya terkenal laksana diversifikasi administrator yang berwatak birokratis. Internal kejadian yang tidak normal ini, pemimpin dengan kualitas primalah yang kita butuhkan, hari ini di Aceh, adalah komandan nan bersifat dan memiliki integritas serta memiliki visi yang jelas dalam menuntaskan segala apa permasalahan bangsa Aceh.
Di masa depan, permasalahan kita sudah silam berbeda, dan lakukan menghadapinya dibutuhkan keberagaman kepemimpinan yang pula berbeda. Cepat atau lambat, awam kita akan semakin kritis dan start mengerti hak-haknya. Mereka tidak ingin belaka menjadi obyek yang terus menerus diatur maka itu pemimpin mereka. Pejabat saat ini juga diharapkan mampu membuat pintasan kebijakan yang berani dan berdampak jauh serta mampu menghadapi persoalan ekonomi yang baru, begitu juga tuntutan pemerataan dan keadilan. Privat kehidupan sehari-hari, baik di mileu keluarga, organisasi, perusahaan sebatas dengan pemerintahan cangap kita tangkap suara sebutan pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan. Ketiga kata tersebut memang punya hubungan yang berkaitan suatu dengan yang lainnya. Untuk lebih jelasnya bisa didefinisikan, bahwa pemimpin adalah orang yang mendapat amanah serta n kepunyaan aturan, sikap dan gaya nan baik untuk mengurus maupun mengatur orang lain. Kepemimpinan menghampari proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai maksud, mempengaruhi untuk merevisi kelompok dan budayanya. Sedangkan kekuasan yakni kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk ingin mengamalkan apa yang diinginkan pihak lainnya sehingga sebuah plyning kerja bisa dilakukan.
Kok ketiga pembukaan tersebut n kepunyaan ketertarikan yang tak dapat dipisahkan?. Peristiwa itu karena untuk menjadi seorang pemimpin enggak cuma berdasarkan suka suatu selevel lainnya, sahaja banyak faktor. Pemimpin nan bertelur mudahmudahan memiliki beberapa standar yang tergantung pada kacamata pandang atau pendekatan nan digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat-sifatnya atau kewenangan yang dimiliki yang mana nantinya lalu berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan. Teori kepemimpinan yang menjadi dasar cak kenapa seseorang diangkat menjadi ketua antara tak; pertama karena sifatnya yang identik dengan karakteristik solo begitu juga fisik, mental dan kepribadian yang dikaitkan dengan atribut pribadi berasal para pengarah tersebut yang dianugerahi beberapa ciri yang bukan dimiliki orang enggak. Di antaranya intelegensia, karakter dan karakteristik fisik. Kedua; karena kepribadian perilaku serta ketiga karena keadaan. Kepemimpinan sesungguhnya bukan ditentukan oleh tinggi maupun pun jabatan seseorang. Kepemimpinan adalah sesuatu nan muncul dari dalam dan adalah buah dari keputusan seseorang lakukan mau menjadi pemimpin, baik bakal dirinya seorang, kerjakan keluarganya, bagi lingkungan pekerjaannya, maupun bakal lingkungan sosial dan sampai-sampai bagi negerinya yang dipimpinnya..
Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil berasal proses perlintasan karakter alias metamorfosis internal privat diri seseorang. Kepemimpinan bukanlah jabatan maupun gelar, melainkan sebuah kelahiran dari proses hierarki peralihan dalam diri seseorang. Ketika seseorang menemukan visi dan misi hidupnya, detik terjadi ketenteraman internal diri dan membentuk bangunan karakter yang kokoh, momen setiap bacot dan tindakannya start memberikan pengaruh kepada lingkungannya, dan ketika keberadaannya mendorong persilihan internal organisasinya, puas momen itulah seseorang lahir menjadi pemimpin sejati. Kaprikornus majikan bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari asing melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang proses internal (leadership from the inside out).
Membentuk Pemimpin Berperangai
Pemimpin itu harus punya budi, n kepunyaan kredibilitas, menjadi inspirasi keteladanan dan mampu menumbuhkan harapan. Pemimpin berwatak mutakadim dagangan tentu bukan sosok karbitan maupun yang hanya mengandalkan camar duka jabatan, jam keruh ketatanegaraan, dan deretan panjang aktivitas kemasyarakatan, tanpa catatan kinerja nan jelas dalam semua kiprahnya itu. Bos berkarakter adalah pemimpin yang berpunya menciptakan menjadikan perubahan masa depan bagi rakyat dan memperjuangkan pergantian itu dengan melakukan perubahan mendasar intern pemerintahan dan masyarakatnya dengan bertopang pada kredit-nilai masyarakatnya sendiri. Di samping berperilaku pemimpin juga diharapkan memiliki reliabilitas. Ini menyangkut komitmen, integritas, kejujuran, konsistensi dan keberanian seorang pengarah bakal berkewajiban atas pilihannya. Lain keberagaman pemimpin dengan mental tempe, buruk perut ragu-ragu dan serba lambat mengambil keputusan di antara sekian banyak pilihan nan memang bukan-bukan sempurna. Penasihat yang kredibilitasnya mumpuni, sejak awal diberi amanah siap mempertanggung jawabkan kegagalan tanpa mencari embek belang. Pengarah itu lebih suka berburu apa nan keliru untuk diperbaiki daripada mencari kali nan patut disalahkan. Kredibilitas juga mengandung pengertian adanya ketenangan batin seorang majikan untuk memberikan reaksi nan tepat terutama dalam keadaan kritis. Selain itu pula kredibilitas mencantol aspek kecakapan dan ketrampilan teknis menganjuri.
Superior berkarakter sekali lagi menjadi inspirasi keteladanan. Boleh jadi ini aspek kepemimpinan yang terpenting dan sekaligus teramat sulit bikin kita temukan kini. Banyak pemimpin hari ini yang gagal menjadi sendang inspirasi keteladanan. Mereka lain sanggup kabur di barisan terdepan dalam memberi teladan terbit dirinya dan lingkungan kekuasaannya yang terdekatnya. Kepala yang inspiratif, semestinya sanggup secara otentik menunjukkan ketulusan satunya congor dengan tindakan, satunya seruan dengan pelaksanaan, satunya tekad dengan ulah. Menjadi pemimpin sejenis ini sebagai lambang harapan bersama, perigi kesadaran arah (sense of direction) dan sumber kesadaran maksud (sense of purpose).
Aktualisasi karakter kepemimpinan yang diharapkan adalah yang mampu mengantarkan anak bangsa dari ketagihan (dependency) berorientasi otonomi (independency), selanjutnya menuju kontinum maturasi diri yang komplit ke ganti tergantungan (interdependency), memerlukan aklimatisasi melintasi eksemplar keteladanan perilaku para pembesar nan bergerak di administratif, yudikatif dan legislatif dalam demokrasi nan kondusif. Habitat nan dapat dijadikan persemaian karakter pemimpin itu antara bukan harus dapat menumbuh suburkan dan melebarkan perilaku dan aturan-sifat nan berikut ini yakni,, : mula-mula, Pemahaman diri seorang , teruji terhadap diri sendiri dan terhadap orang enggak, meyakinkan terhadap kekuatan diri, kelemahan dan gerakan yang tulus untuk memperbaikinya. Kedua, seseorang pengarah cenderung memperlakukan orang lain intern organisasi atas dasar persamaan derajad, tanpa harus jilat keatas mengecek kesamping dan mengeksploitasi ke bawah. Bisa memimpin berempati terhadap bawahannya secara nirmala. Ketiga, Memiliki rasa mau tahu dan dapat didekati sehingga orang lain merasa lega dada internal mencadangkan umpan balik dan gagasan-gagasan bau kencur secara jujur, lugas dan mumbung rasa hormat kepada pemimpinnya. Keempat, Beraksi transparan dan mampu memuliakan lawan politik dan belajar mulai sejak mereka nan dapat. Memberikan baik untuknya. Kelima, Punya kecerdasan, cermat dan tangguh sehingga mampu bekerja secara professional keilmuan n domestik jabatannya. Keenam, Memiliki rasa kegadisan diri dan berdisiplin pribadi, sehingga kaya dan mempunyai rasa tanggungjawab pribadi atas perilaku pribadinya. Tidak seperti saat ini para pemimpin saling lepaskan ucapan pedas terhadap rekan sejawatnya yang berlainan aliran politiknya. Ketujuh, Memiliki kemampuan berkomunikasi, sukma membangun “team work“, fertil, percaya diri dan inovatif ..
Ketua berperangai yakni yang n kepunyaan keunggulan khusus, dapat diandalkan, dan n kepunyaan daya tahan n domestik kesulitan dan persaingan. Selain keunggulan spesifiknya pada sisi inteligensia, pemimpin yang berkarakter juga dituntut bagi mengamankan moral capital yang awet. Moral n domestik guna ini merupakan kekuatan dan kualitas komitmen para pemimpin dalam memperjuangkan nilai-skor, keagamaan, tujuan, dan amanat siksaan rakyat. Kapital di sini tak sekadar potensi kebajikan seseorang, melainkan potensi yang secara aktual menggerakkan roda ketatanegaraan. Dengan serupa itu, yang dikehendaki bukan sekedar kualitas moral individual, semata-mata juga kemampuan politik untuk menginvestasikan potensi kebajikan perseorangan ini ke dalam mekanisme politik yang boleh mempengaruhi perilaku sosok lain..
Pemimpin berkarakter menjalankan praktek pemerintahan perumpamaan seni menciptakan bermacam-macam prospek dengan mengandalkan visi dan argumen nan masuk akal. Kalau seorang pemimpin koteng teknokrat, ia yakni seorang teknokrat-plus ataupun dalam terminologi yang akhir-penutup ini mulai populer, seorang (teknokrat nan politisi). Bermula itu pemimpin dan kepemimpinan dapat membedkan antara “pemerintah” dan pelayan awam. Pemimpin berkarater mencampuri pembangunan bagaikan proses pembentukan skor yang membenang, bukan namun belaka berhak bakal panca tahunan. Tanpa semua itu pemimpin akan gagal mengajak rakyatnya untuk bergerak (moving the people) mengendalikan carut-marut keadaan. Rakyat nan enggan diajak bergerak ulem pertukaran adalah perlambang gagalnya kepemimpinan. Di sana tidak muncul pemimpin berkarakter langgeng, punya kredibilitas terpelajar, sanggup menjadi inspirasi keteladanan dan mampu mengoptimalkan harapan.
Pembentukan fiil seseorang majikan lega dasarnya menjadi tanggung jawab semua pihak dan warga bangsa. Oleh karena itu seluruh komponen tahun ini baik itu pemerintah dan masyarakat serta lembaga yang di bidang administratif, legislatif dan yudikatif bersama rakyat terbiasa menyempatkan persemaian yang berkecukupan lakukan pengembangan pengaderan dan regenerasi kepemimpinan pemimpin yang berperangai. Buat itu, instusi demokrasi yang telah menjadi abadiah seluruh warga kita harus dijaga dan disusun berlandaskan prinsip-kaidah penyelenggaraan tadbir negara nan objektif bikin hingga ke kesejahteraan bersama, sebab kepemimpinan yang berwatak dapat menjaga pembangunan yang madya dilakukan di Aceh, dengan berlambak dan sejahtera, semogaa, aminnn…..
Dabir adalah : Mukhsinuddin, M. Juned Syuib , S,Ag, M,M / Mahasiswa Doktoral Ilmu Penyelenggaraan Unsyiah Darussalam Banda Aceh, Dosen pada STAIN Tgk Dirundeng Meulaboh. Aceh Barat (email : [email protected]).
Tagged:
Pejabat Berkarakter dan Amanah
Sikap Kita Ketika Memilih Pemimpin Adalah
Source: https://staindirundeng.ac.id/2017/02/pemimpin-berkarakter-dan-amanah/