Tanggal 17 Ramadhan Tahun 611 M Bertepatan Dengan.
Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan embaran, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda intern tulang beragangan tulisan kepada kami, klik di sini.

dakwatuna.com –
Seorang sahabat bertanya,
“Sebenarnya, Al-Quran itu turun malem lailatul qodar segala apa sungkap 17 Ramadhan sih? Kan di dokumen al-qodar, Al-Qur’an terban malem lailatul qodar. Terus alas kata Utusan tuhan SAW kan lailatul qodar tuh ada di sepuluh habis bulan Ramadhan. Mengapa orang-manusia puas ngadain nuzulul Quran tanggal 17 Ramadhan?.”
Mungkin soal ini juga yang ada di benak para pembaca sekalian. Berikut ini sedikit penjelasan mengenai “nuzulul Quran” yang diambil mulai sejak bilang kitab yang menjernihkan tentang masalah ini.
Metode Diturunkannya Al-Qur’an (Kaifiyah Inzal)
Pertama: Al-Qur’an Diturunkan Secara Sekaligus
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ
“Bulan Ramadhan adalah (rembulan) nan di dalamnya diturunkan Al-Qur’an.”
(Al-Baqarah 185)
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
“Sesungguhnya kami menurunkannya (Al-Qur’an) lega malam kemuliaan.”
(Al-Qodr 1)
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ
“Senyatanya kami menurunkannya (Al-Qur’an) lega lilin lebah yang diberkahi.”
(Ad-dukhon 3)
Dalam 3 ayat di atas, semua menguraikan akan halnya turunnya Al-Quran pertama bisa jadi, yaitu lega wulan Ramadhan tepatnya malam lailatul qadar; malam kemuliaan. Dan sreg inskripsi Ad-Dukhon yang dimaksud malam
mubarok
merupakan malam lailatul qadar pada rembulan Ramadhan seperti yang dikatakan maka dari itu galibnya ulama tafsir. (tatap
kata keterangan Al-Alusi)
Intern kitab
Al-Burhan Fi ‘Ulumil-Qur’an
karangan Syeikh Badruddin Az-Zarkasyi (W. 794 H), anda mengatakan bahwa kerumahtanggaan hal ini para Ulama berlainan pendapat ke dalam 3 pendapat yang masyhur.
Dan berpunca tiga pendapat tersebut, yang minimal membidik kepada pendapat yang kuat dan benar ialah pendapat yang banyak dipegang oleh Jumhur Jamhur, yaitu:
Bahwa Al Qur’an diturunkan serempak ke langit dunia (daarul Izzah)
pada malam Lailatul Qodr kemudian diturunkan dengan cara berangsur-angsur sepanjang atma Nabi saw setelah beliau diangkat menjadi Rasul di Mekah dan Madinah sampai wafat dia.
Banyak para ulama yang mengatakan bahwa pendapat inilah yang paling condong legalitas, berdasarkan satu riwayat yang dikeluarkan maka itu Pater Penengah internal
mustadroknya dengan sanad yang shahih, berbunga Ibnu Abbas
radhiyallhu ‘anhuma, sira mengatakan bahwasanya Al-Quran itu turun sekaligus ke langit dunia sreg malam lailatul qadr. Kemudian diturunkan berangsur-angsur selama 20 tahun, kemudian ia mambaca ayat,
وَلَا يَأْتُونَكَ بِمَثَلٍ إِلَّا جِئْنَاكَ بِالْحَقِّ وَأَحْسَنَ تَفْسِيرًا
“Tidaklah orang-khalayak dahriah itu datang kepadamu (mengangkut) sesuatu yang ganjil, melainkan kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan nan paling baik.”
(QS. Al Furqan: 33)
وَقُرْآناً فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَى مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنزِيلاً
“Dan Al Quran itu telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-tanah kepada manusia dan kami menurunkannya bagian demi putaran.”
(QS. Al Isra: 106)
Imam An-Nasa’i juga meriwayatkan dengan sanad yang shahih semenjak Ibnu Abbas
radhiyallahu ‘anhuma, beliau berfirman:
“……dan Al-Qur’an diletakkan di baitil izzah dari langit dunia kemudian Roh kudus ambruk dengan membawanya kepada Muhammad SAW.”
Kedua: Al-Qur’an Diturunkan Secara Berangsuran
Setelah diturunkan secara cermin (keseluruhan) mulai sejak Lauh Mahfudz ke langit Dunia (Baitul-Izzah), Al-Qur’an runtuh secara berangsuran selama 23 masa (ini menurut pendapat yang lestari); 13 hari di Mekah dan 10 tahun di Madinah. Dan turunnya Al-Qur’an secara berangsuran sudah dijelaskan privat firman Tuhan SWT,
وَقُرْآناً فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَى مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنزِيلاً
“Dan Al Alquran itu telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar anda membacakannya berantara kepada manusia dan kami menurunkannya penggalan demi episode.”
(QS. Al Isra: 106)
Dan inilah salah satu keistimewaan Al-Qur’an, bahwa kitab zakiah umat Nabi Muhammad ini turun secara berangsuran setelah sebelumnya diturunkan secara contoh/sekaligus.
Ini berbeda dengan kitab-kitab samawi lainnya nan diturunkan secara sekaligus, ialah Injil, Taurat dan Zabur, tanpa cak semau angsurannya. Yang mahakuasa SWT berfirman:
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً كَذَلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيل وَلَا يَأْتُونَكَ بِمَثَلٍ إِلَّا جِئْنَاكَ بِالْحَقِّ وَأَحْسَنَ تَفْسِيرًا
Berkatalah orang-insan yang kafir: “Cak kenapa Al Alquran itu tidak diturunkan kepadanya sekali merosot saja?”; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar). Tidaklah individu-orang dahriah itu datang kepadamu (membawa) sesuatu nan gangsal, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya. (QS. Al-Furqan: 32-33)
Dan ayat pertama yang turun menurut umumnya ulama ialah arsip Al-Alaq (dan ini adalah pendapat yang kuat), atau biasa kita sebut dengan surat Iqra’ ayat 1-5. Ini berdasarkan riwayat nan dikeluarkan oleh Pendeta Bukhari dan Pastor Mukmin privat kitab Shahih keduanya semenjak ‘Aisyah
radiyallahu ‘anha
Ayutayutan Rasul SAW.
Pada saat Ayat Pertama Turun?
Adapun “pada saat” pertinggal Iqra’ itu diturunkan, ulama dan juru sejarah berbeda pendapat akan halnya ini. Ada yang mengatakan bulan Rabiul Awwal, suka-suka pun yang mengatakan bulan Ramadhan, dan cak semau pun yang mengatakan rembulan Rajab.
Namun pendapat yang kuat ialah wulan Ramadhan sesuai firman Almalik SWT:
“wulan Ramadhan yakni (bulan) nan di dalamnya diturunkan Al-Qur’an.”
(Al-Baqarah 185).
Dan galibnya jamhur juga seia bahwa surat Iqra’ adalah wahyu nan pertama merosot, pun sebagai pengangkatan Rasul Muhammad SAW menjadi Nabi. Dan ini terjadi sreg hari senin, sesuai dengan hadits yang diriwayatkan maka itu Imam Muslim dari sahabat Serbuk Qotadah
radhiyallahu ‘anhu,
bahwa Nabi SAW pernah ditanya tentang puasa hari senin, kemudian engkau menjawab:
“itu yaitu perian di mana aku dilahirkan dan diturunkan kepadaku wahyu.”
Kemudian Ulama kembali berbeda pendapat tentang tanggal turunnya plong bulan Ramadhan. Ada yang mengatakan lilin batik 7 Ramadhan, suka-suka lagi nan mengatakan malam 17 Ramadhan, ada juga yang mengatakan malam 24, juga terserah yang mengatakan tanggal 21 Ramadhan.
Sheikh Shofiyur-Rohman Al-Mubarokfuri mengatakan privat kitab Sirah Nabawi karangannya
Rahiqul-Makhtum:
“sesudah mengamalkan penajaman yang cukup dalam, kelihatannya boleh disimpulkan bahwa musim itu ialah tahun senin tanggal 21 bulan Ramadhan malam. Yang bersama-sama terlepas 10 Agustus 660 M, dan ketika itu vitalitas Utusan tuhan SAW tepat 40 Tahun 6 bulan 12 periode hitungan bulan, tepat 39 masa 3 rembulan 12 hari hitungan rawi. Perian senin pada wulan Ramadhan tahun itu ialah antar 7, 14, 21, 24, 28, dan dari beberapa riwayat yang shahih bahwa malam lailatul qadar itu lain terjadi kecuali di malam-malam gasal dari dasa ujung bulan Ramadhan. Jika kita bandingkan firman Allah surat Al-Qodr ayat purwa dengan hadits Duli Qotadah nan menjelaskan bahwa wahyu diturunkan hari senin di atas, dan dengan hitungan tanggalan ilmiyah tentang hari senin pada rembulan Ramadhan tahun tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa ilham pertama roboh kepada Rasul SAW itu tanggal 21 Ramadhan lilin batik”.
Kenapa Malam 17 Ramadhan?
Dan yang menjadi dasar rata-rata kabilah muslim intern memperingati nuzulul Qur’an plong malam tanggal 17 Ramadhan, mungkin segala yang disebutkan makanya Imam Ibnu Katsir (W. 774 H) dalam kitabnya
Al-Bidayah wan-Nihayah,
Al-Waqidi meriwayatkan dari Serbuk Ja’far Al-Baqir yang mengatakan bahwa “wahyu pertama kali roboh pada Nabi SAW puas hari senin 17 Ramadhan dan dikatakan juga 24 Ramadhan.”
Inferensi
Kesimpulannya bahwa malam lailatul-Qodr yang disebut sebagai malam turunnya Al-Qur’an ialah benar, karena itu yakni lilin batik yang al-Qur’an merosot secara ideal sekaligus dari Lauh-Mahfuzd ke langit dunia (baitul-Kebesaran).
Dan Al-Qur’an turun secara berangsuran yang didahului dengan surat Al-‘Alaq ayat 1-5 yang lagi momentum pengangkatan Muhammad SAW menjadi Rasul ialah malam 17 Ramadhan nan pelahap dirayakan oleh galibnya umat Islam, baik di Indonesia ataupun di daerah bukan.
Walaupun penetapan malam 17 Ramadhan ibarat perian awalnya terban Al-Qur’an itu juga masih diperselisihkan oleh galibnya Ulama, sebagaimana dijelaskan di atas.
Wallahu A’lam.
—
Sumber:
Al-Burhan Fi Ulumil-Qur’an,
Badruddin Az-Zarkasyi (W. 794 H)
Mabahits Fi Ulumil-Qur’an,
Sheikh Manna’ Al-Qaththan
Rahiqul-makhtum,
Sheikh Shofiyur-Rohman Al-Mubarokfuri
Al-Bidayah Wan-Nihayah,
Abul-Fida’ Ismail bin Muhammad bin Katsir Al-Qurosyi (W. 774 H)
Redaktur:
Lurita Putri Permatasari
Pasrah Angka:
Tanggal 17 Ramadhan Tahun 611 M Bertepatan Dengan
Source: https://www.dakwatuna.com/2012/08/07/22276/nuzulul-quran-malam-17-ramadhan-atau-malam-lailatul-qadar/